Senin, 08 November 2010

Nisa: "Cinta ini untukmu" ****part four****

Setelah mendapatkan berbagai informasi yang ia cari, Nisa segera membuka laptopnya, sepertinya semua ini telah diprediksinya dari awal. Dia membuka website Usaha dan para pengusaha di Indonesia

Search: Haryanto Putra

Keluarlah beberapa berita mengenainya.
Haryanto Putra mencoba dunia baru menulis buku di usia yang ke lima puluh tahun

Happy Family Store beralih ke tangan Haryanto Putra karena meninggalnya Rendi Mubarok Alfarisi

Haryanto Putra membuat keputusan mendadak memberikan Happy Family Store kepada Billy, analk tunggalnya

Billy Haryanto Putra mengalami Luka Tusuk akibat perkelahian antar teman di Palembang

Pantaskah Billy meneruskan jejak ayahnya dan bagaimana nasib Happy Family Store???

“Aku benci Ayah”, by Billy Haryanto Putra

Biografi mengenai Billy Haryanto Putra, lahir Jakarta 27 April 1988

30 Desember 2010, Billy akan menuju Jambi menerima tugas barunya

Nisa sudah mendapatkan semua yang dia mau dan membuka satu-persatu berita itu.

Happy Family Store beralih ke tangan Haryanto Putra
Rabu, 1 Desember 2010 09.00 WIB
Sungguh berita yang sangat mengejutkan bagi para pebisnis Indonesia. Keluarga Suryadinigrat pertama kalinya menjual semua sahamnya dengan harga murah dan memberikan begitu saja Happy Family Store,  salah satu bisnis keluarga, kepada orang luar. Orang yang berhasil mendapatkannya adalah Haryanto Putra, si naga berbaju besi yang sulit sekali untuk ditaklukan. Memang sudah lama beredar kabar kebangrutan Happy Family mempertahankan Store yang berpusat di Jambi. Kesempatan ini, jelas saja dimanfaatkan Haryanto, terbukti dia rela bolak-balik Jakarta Jambi Palembang untuk mendapatkan Happy Family Store. Keberuntungan benar-benar ia dapatkan setelah meninggalnya Rendi Mubarok Alfarisi, satu-satunya anggota keluarga yang masih HFS tetap berada di tangan keluarga Suryadiningrat. Kematian pada tanggal 27 November 2010 itu begitu mendadak dan tak ada anggota keluarga lain yang meneruskan jejak si bungsu dari Almarhum Rizal Suryadiningrat tersebut.......
Nissa menutup cerita itu, ia tak sanggup jika harus membaca berita kematian kak Rendi. Setelah menarik nafas panjang dia kembali membuka berita lainnya.

Billy Haryanto Putra mengalami luka rusuk akibat perkelahian antar teman di palembang
Rabu, 1 Desember 2010 15.45 WIB
Berita ini disampaikan langsung oleh Gery Rinaldi, sahabat baik Billy. “Billy, pada tanggal 29 November 2010 memang mengalami kecelakaan luka tusuk dan harus mengalami operasi yang bagusnya berjalan lancar. Hanya itu yang bisa disampaikan. Saya tidak berhak berbicara lebih banyak lagi”. Hanya itu yang disampaikan Gery. Ntah apa yang menyebabkan luka tusuk itu sebenarnya. Akan tetapi, mulai hari ini Billy harus lebih menjaga setiap perbuatannya karena Haryanto Putra sudah mulai mempercayakan bisinisnya tersebut dan bisa dipastikan Billy merupakan satu-satunya penerus usaha Haryanto. Kita lihat saja apa Billy bisa mengikuti jejak ayahnya. (FKR)

“Aku benci ayah”, by Billy Haryanto putra
Hari ini akhirnya kami bisa bertemu dengan Billy HaRYAnto Putra. Setelah sekian lama sulit sekali untuk menemuinya. Kali ini, dia datang sendiri kepada kami dan hanya menyebutkan beberapa kata yang sangat mengejutkan semua orang tentunya.
“Aku benci ayah. Dia bukan seorang ayah, dia tidak menjengukku disaat sakit. Ayahku adalah bunga yang selalu menemaniku sepanjang hari di ruanngan penderitaan itu. Aku tidak akan menerima Happy Family store. Tidak akan pernah bekerja di bawah kaki ayah yang membutku muakk!!!”.
Setelah mengatakan kata-kata mengagetkan, Billy langsung meninggalkan kami. Awal kehancuran bagi Happy Family Store tentunya. Anak muda zaman sekarang sangat keras kepala dan maunya keinginan sendiri. Ini bisa menjadi suatu tekanan bagi Haryanto. Akankah dia bisa mengatasi masalah ini. Akankah sejarah terukir dalam kehidupan Haryanto bahwa kehancurannya berada di tangan anaknya.  1 Januari 2011 merupakan saksi sejarah salah satu sisi kehidupan Haryanto. (FKR)

Dan berita yang paling diinginkan Nissa

Biografi Billy Haryanto Putra
Billy Haryanto Putra dilahirkan pada tanggal 27 April 1988 dari pasangan bisnis terkenal Haryanto putra dan Elizabeth Haryanto keturunan Bugis-Inggris. Elizabeth meninggal dunia sejak Billy berusia tiga tahun dan sejak kepergian ibunya Billy lebih sering menghabisi waktunya sendiri di rumah atau bersama teman-temannya. Jerlas sekali, Haryanto sangat sibuk sekali meenjalankan bisnisnya sendiri. Billy tumbuh menjadi yang anak yang sangat cerdas, Prestasi nya begitu luar biasa dengan lebih dari lima puluh piala terpajang di rumahnya. Tetapi, masalah itu datang saat Billy menginjak bagku perkuliahan. Mungkin karena kejenuhan begitu menumpuk ataupun karena desakan dari Haryanto sendiri agar ia meneruskan jejak ayahnya membuat Billy berubah menjadi anak yang sangat kasar dan tidak berprilaku sangat buruk sekali. Berbagai prestasi yang telah ia capai tidak berarti lagi. Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada Billy hingga sekarang. Semua menjadi sebuah misteri. Satu yang pasti, Billy yang ternyata sangat hobi bermain biola ini merupakan satu-satunya penerus bisnis Haryanto Putra dan ini merupakan suatu bebabn bagi Billy sendiri. Dia harus bisa menjadi yang terbaik nantinya, setidaknya bisa menyamai kehebatan ayahnya sendiri. (FKR)
Tiba-tiba saja Hp Nisa berbunyi dan dibukanya
1 message received
From: Gina
Untuk acara panti asuhan besok, kalian jadi kan mau bantu aku?
Reply message
To: Gina
Iya jadi say.
1 message received
From: Gina
Ok, 08.00 on time ya..

Kenapa aku bisa melupakan acara ini. Gina adalah salah satu temanu sewaktu SMA dulu, orang tuanya bekerja di dinas sosial sehingga ditugaskan menempati rumah Panti Asuhan milik pemerintah Jambi. Aku pernah beberapa kali berkunjung ke sana dan bermain bersama mereka. Besok merupakan ulang tahun panti Asuhan tersebut. Duatu anugerah luar biasa aku bisa diundang ke acara tersebut.  Nisa kemudian seolah melupakan rencana awalnya dan mematikan laptopnya. Aku harus membeli beberapa hadiah untuk anak-anak panti. Segera saja Nisa menuju ke HF Store. Entah kenapa dia ingin sekali mengunjungi tempat itu dan mencoba berbelanja di sana. HF Store hari ini ramai sekali. Tak seperti biasa, parkiran mobil pun menumpuk hingga jarak 1 km dari lokasi. Seperti yang telah diberitakan hari ini Billy akan ada di Jambi untuk survey HF Store. Keyakinan Nisa semakin memuncak saat melihat banyak wartawan berkumpul di HF Store.  Sepertinya Billy telah mengetahui akan bertemu banyak wartawan hari ini sehingga dia pun memakai pakaian formal yang jauh lebih rapi daripada saat terakhir dilihat di rumah sakit. Billy mempersilahkan para wartawan mengajukan beberapa pertanyaan dan iapun berhasil menjawab dengan lancar sekali. Sepertinya ia telah mempersiapkan hari ini dengan baik sekali. Setelah para wartawan mulai pergi, tinggallah Billy dan ayahnya dan pembicaraan itu berpindah pada suatu ruangan kecil yang sangat pas dijadikan ruang rahasia.

“Kamu tampan sekali hari ini anakku, ayah bangga sekali padamu”, Haryanto terlihat senang sekali memuji anaknya.
“Ayah, kenapa tidak pernah mengerti bahjwa aku tidak pernah bermimpi menjadi penerus bisnis ayah. Ayah, dua puluh tahun aku berusaha membahagiakan ayah, tidakkah sekarang aku boleh mengerjakan apa yang aku mau. Kenapa ayah begitu jahat. Aku tidak akan meneruskan HF Store ini. Tidak ada harapan ayah. Aku dan perusahaan tidak akan ada harapan.”
“Billy, kau ingin meneruskan keinginanmu bukan dan setelah kau berhasil kau akan melihat aku yang telah tua ini hanya bisa menatap satu demi satu runtuhnya usaha yang telah aku rintis dari nol, apa kau pernah memikirkan itu?” Haryanto kesal sekali dan meninggalkan Billy sendiri.
“Ya, lebih baik kau pergi saja ayah. Aku tidak akan pernah menjadi penerusmu”, Billy meneriaki ayahnya yang semakin menjauh darinya.

Anakku, tidak ada orang lain lagi selain darimu. Ini salah ayah yang tak bisa mendidikmu sehingga kau jadi seperti ini. Salahkah aku hanya ingin memepertahankan apa yang aku punya kepada anakku Tuhan??? Haryanto memejamkan matanya dan ingin segera melupakan perkataan anaknya hari itu.

Nisa yang dari tadi berusaha mendengarkan segera mencari aktivitas lain. Dia berusaha setenang mungkin untuk tidak menimbulkan kecurigaan.

“Maaf nona, apa yang kau lakukan di sini? Apa ada yang bisa saya bantu”, Haryanto Putra menghampiri Nisa yang tampak kebingungan.
“Ehh..saya mau membeli boneka untuk adik saya yang ada di panti asuhan, tapi gak tau kenapa malah ke tempat seperti ini. Apa bapak tau dimanatempatnya?”
“O, iya kamu bisa mengikuti saya”, Haryanto percaya saja kepada Nisa dan mengantarkannya ke bagian mainan anak.
Berjalan bersama Haryanto Putra jelas saja membuat Nisa menjadi pusat perhatian. Ternyata gak enak banget jadi orang penting seperti ini.
“Terima kasih pak, semoga HF store bisa lebih baik lagi”, Nisa mengucapkan terima kasih dan sedikit berbasa-basi.
“Kamu ambil saja beberapa mainan untuk adik-adikmu dan semua gratis. Sampaikan salamku untuk adik-adik panti”, Haryanto begitu baik sekali hari ini
“Terima kasih pak, adik-adikku pasti senang sekali, nanti saya akan ceritakan ini pemberian dari bapak”, Nisa kembali berterima kasih dan sedikit berbasa-basi.
Haryanto Putra meninggalkan HF Store bersama beberapa rekan dan bawahannya. Nisa melihat beberapa boneka dan tertarik pada salah satunya, boneka Sapi. Nisa segera mengambilnya sepaket keluarga Sapi.
“Apa yang kamu bicarakan pada ayah? Kenapa kamu bisa bersamanya?Apa kenal ayahku?”, sebuah suara mengejutkan Nisa.
“O, kamu, aku gak kenal ayahmu, tapi dia orang yang baik. Lihat, semua yang ku beli ini gratis”, Nisa menunjukkan boneka-boneka yang akan dibelinya.
“Aku tunggu kamu di bawah”, sama sekali tak menggubris pujian Nisa terhadap ayahnya.

Saat di mobil bersama Billy.
‘Spertinya kamu kaya sekali ya, wajar saja seratus juta begitu tidak berarti”, Nisa mengungkit kejadian hari itu.
“Kamu nya saja yang gak mau. Kenapa kamu bisa ada di Jambi?”
“Liburan kuliah, Aku asli Jambi, semua keluargaku sebagian besar di sini”.
“Benarkah? Kalau begitu kau kuangkat jadi guide selama satu hari. Sejujurnya aku tidak puny teman di sini. Lima Juta bagaimana?”

“Apa kamu menilai semua hal dengan uang. Bisa aku pertimbangkan, tapi jangan keluarkan uangmu. Aku tersinggung sekali jika kau berbuat seperti itu kepadaku untuk yang kedua kalinya. Berhenti di sini saja, aku merasa tidak nyaman naik mobil semewah ini, Satu hal lagi, tidakkah kamu malu bahwa uang yang kamu miliki adalah milik ayahmu sementara kau begitu membenci dia. Selama kau masih seperti ini, kau akan terus berada di bawah ketiakmu. Mau membangkang, tapi masih menengadah tangan kepadanya. Jadi berkaca dulu begitu hebatnyakah dirimu?” Nisa kesal sekali dan segera turun setelah Billy memberhentikan mobilnya.
“Sebanarnya apa yang kamu bicarakan?”,Nissa tak mendengarkan teriakan Billy dan langsung saja memberhentikan angkot dan ingin secepat mungkin berada di rumah.
 Muka Billy merah sekali, tak pernah ada orang yang mencerca nya seperti itu.

...tidakkah kamu malu bahwa uang yang kamu miliki adalah milik ayahmu sementara kau begitu membenci dia. Selama kau masih seperti ini, kau akan terus berada di bawah ketiakmu. Mau membangkang, tapi masih menengadah tangan kepadanya. Jadi berkaca dulu begitu hebatnyakah dirimu?”
Kata-kata itu selalu terngiang di kepala Billy. Apa yang hebat dari seorang anak yang suka memberontak namun masih saja menengadahkan tangan meminta uang ayahnya. Aku benar-benar tidak berguna. Billy mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang.

Sesampainya di rumah dia langsung menuju kamarnya dan melampiaskan semua amarahnya dengan memainkan biola. Lima belas menit dia berinteraksi sendiri dalam dunianya.

...tidakkah kamu malu bahwa uang yang kamu miliki adalah milik ayahmu sementara kau begitu membenci dia. Selama kau masih seperti ini, kau akan terus berada di bawah ketiakmu. Mau membangkang, tapi masih menengadah tangan kepadanya. Jadi berkaca dulu begitu hebatnya kah dirimu?

Emosi Billy kian memuncak dan kemudian dibantingnya biola yang tadi ia mainkan dengan sangat indah. Dihempaskan tubuh dan ia terbaring lemah memikirkan kata-kata yang sungguh membuat jiwanya melayang. Dilihatnya foto dirinya bersama ayah yang selaluia bawa di dompetnya. Teringat akan masa kecil yang begitu indah. Pikirannya pun melayang kepada kejadian 15 tahun yang lalu sejak ia masih berusia tujuh tahun.

Hari itu, 24 April 1995, merupakan ulang tahun Billy yang ke-7. Ulang tahun itu dirayakan sangat meriah. Namun, ada satu hal yang paling berkesan buatnya. Saat ayahnya memberikan hadiah paling berharga dalam hidupnya. Sebuah biola pertama yang ia miliki.
“Ayah...terima kasih, Billy suka sekali biola ini. Billy akan berlatih dengan keras agar bisa memainkannya dengan indah. Ayah adalah orang pertama yang harus mendengarkannya. Ayah, Billy sayang sekali sama ayah”, Billy tampak girang sekali setelah menerima kado ulang tahun dari ayahnya, ia kemudian menari-menari di depan ayahnya.
“Anakku, kamu satu-satunya milik ayah, kamu harus tumbuh menjadi anak yang cerdas dan bisa menjadi teman terbaik ayah. Sepakat sayang”, Laki-laki yang saat itu masih sangat muda dan gagah itu memeluk segera memeluk anaknya.
“Ayah, Billy janji akan selamanya menemani ayah dan membuat ayah bahagia”, Billy masih begitu polos saat itu.
Ayah, mengapa semua menjadi seperti ini sekarang? Ayah, maafkan aku. Kau pasti tidak bahagia saat ini. Ayah, aku tidak menepati janjiku. Maaf ayah....Aku telah berkata kasar padanya hari ini. Seharusnya aku bisa mengontrol emosiku.

  Billy langsung menghapus air matanya dan segera membuka Hp nya

 Calling Ayah

 “Ada apa Bil?”
Tak ada suara sejenak. Billy bingung sekali ingin berbicara apa. Ia sudah begitu lama tidak berkomunikasi dengan ayahnya kecuali dalam suasana bertengkar.
“Billy, kau kenapa? Aku sibuk sekali hari ini, apa yang ingin dibicarakan?”, Haryanto bingung sekali terhadap sikap anaknya itu.
“Oh, tidak apa-apa, lanjutkan saja kerjanya”, Billy mengurungkan niatnya untuk meminta maaf.
“Di rumah ada undangan acara ulang tahun panti Asuhan untuk besok, kamu harus datang. Ayah mungkin pulang malam jadi kamu lihat sendiri undangannya di ruangan kerja.
“Iya, ntar aku lihat”, Billy pun mengakhiri pembicaraan lewat telepon itu.

Mungkin semua sudah terlambat, Aku dan ayah sudah berada di jalan yang berbeda sekarang.
Malam harinya Nisa kembali mengingat kejadian yang baru dialaminya hari ini.
Ah, apa aku terlalu kasar ya tadi? Kenapa aku tidak menyaring kata-kata sebelumnya. Dia pasti kesal sekali mendengar itu semua. Seandainya aku bertemu kembali dengannya aku akan berjanji minta maaf.

*****
 “Nisa, kamu belum tidur sayang”, Mama menghampiriku.
“Belum ma, ada apa ma?”
“Kangen sama anak mama, kamu kelihatannya walaupun libur sibuk ya? Ada masalah apa, siapa tahu mama bisa bantu”, mama tahu saja kalau aku sedang memiliki banyak masalah.
“Biasa la ma, peranjakan menuju dewasa. Ma, apakah uang itu begitu berharga? Bagaimana aku menghadapai teman yang selalu menilai sesuatu dengan uang?”, Nisa berharap mendapatkan sedikit petunjuk dari profesor terbaik sedunia itu.
“Uang itu termasuk hal terpenting,semua orang membutuhkan uang. Tingkat kecintaan dan ketergantungan seseorang pada uang berbeda-beda, sesuai dengan lingkungan dia berada. Hargailah temanmu itu, semua manusia diciptakan dengan kondisi yang sama pada awalnya, Lingkungan lah yang membuat semua sikap baik dan buruk yang terlihat. Berteman seperti kau berteman dengan orang lain. Bukankah tidak ada aturan dalam berteman”, mama menguraikan beberapa petuahnya.
“Nisa mengerti ma, sudah waktunya untuk tidur, capeknya....”, Nisa memberikan sinyal kalau dia ingin sendiri saat ini.
“Iya sayang, sudah waktunya tidur. Mama percaya kamu anak baik”, Mama pun segera meninggalkan kamar Nisa.

Begitu banyak yang aku alami hari ini. Aku ingin selalu menjadi orang baik dimanapun dan dalam kondisi apapun. Kak Rendi, aku begitu merindukanmu. Semoga kau baik-baik saja. Aku di sini, masih dengan perasaan yang sama dan semanngat yang sama. Impian kita akan Children Fun City, aku akan selalu berusaha Kak Rendi. Apakah kakak sudah bertemu dengan dewa angin? Jika bertemu, sampaikan agar impian kita tercapai. Kak, aku selalu mendoakan mu setiap saat. Semoga cintaku padamu tak akan pernah mati karena cinta inilah semangat kehidupanku.
29 Desember 2010

Nia Yashifa Khoirunnisa

******

Panti Asuhan ini tidak erubah sesdikitpun. Suasananya masih asri sekali dengan berbagai keceriaan anak-anak di dalamnya. Tempat ini merupakan salah satu sumber inspirasiku.

“Hei, bu dokter, ayo masuk, kok berdiri di luar saja”, seorang perempuan menghampiri Nisa.
“Gina, lama banget gak jumpa, apa kabar niy? Kangen sama adik-adik, pasti sudah besar-besar mereka sekarang”, Nisa sudah tiga tahun tidak bertemu dengan Gina. Untungnya zaman sekarang sudah ada email, facebook, dan twitter jadi komunikasi antara mereka masih terjalin.
“Iya, semalam aku cerita kalau kamu akan datang. Kangen mereka sama kamu Nis”, Gina juga menunjukkan ekspresi bahagia bisa bertemu Nisa hari ini.
Tak beberapa lama kemudian, sebuah mobil mewah dan beberapa wartawan memasuki pekarangan panti Asuhan.
“Gina, kenapa ada Haryanto Putra, bukankah katamu acaranya hanya untuk pekarangan panti?”, Nisa tak menyangka akan bertemu dengan keluarga Haryanto Putra di tempat seperti ini.
“Iya Nisa, hanya untuk lingkungan dalam, Haryanto Putra itu dulunya berasal dari panti ini, namun pada usia delapan tahun, ia pindah ke Jakarta karena sebuah keluarga tertarik dengan kecerdasan Haryanto dan menyekolahkannya”, Gina menceritakan kisah yang sama sekali tak bisa langsung dipercaya Nisa.

Nisa pun hanya bisa terdiam. Kejadian yang dialaminya saling berkaitan, Mulai dari Billy korban luka tusuk yang ia donorkan darah untuknya, Kak Rendi meninggal dunia dan HF Store diberikan kepada Haryanto Putra yang juga merupakan ayah dari Billy, dan lebih tak disangka lagi Haryanto Putra merupakan anak panti asuhan ini yang berarti dia dulunya merupakan seorang yatim-piatu. Ini benar-benar di luar dugaan Nisa. Ia pun berpapasan dengan Billy, tetapi masing-masing mereka terlihat sama-sama tidak mengenal. Kejadian kemarin masih menjadi memori buruk di benak masing-masing.

Acara ulang tahun itupun dimulai. Mulai dari beberapa kata sambutan dari pengurus panti dan tentunya dari Haryanto, dilanjutkan dengan pembacaan doa, hingga kini merupakan acara makan-makan. Semua orang bebas memberikan acara hiburan, menyanyi, menari, atau apapun itu. Gina masih sama seperti dulu, suaranya merdu sekali.

“Baiklah adik-adik sekalian, sekarang kita beri kesempatan pada satu orang sahabat lama kita maju memberikan hiburan untuk semua, kalian pasti mengingat kakak ini. Mari kita sambut Kak Nisa...!!”, Gina segera memanggil Nisa maju setelah ia selesai bernyanyi.
“Ehm, suaraku tidak merdu dan aku juga tidak bisa menari. Bagaimana kalau aku bercerita saja. Cerita nya sangat bagus. Seorang anak yang memiliki segalanya,namun satu kekurangannya, dia kurang mendapatkan kasih sayang dari keluarganya karena kesibukan orang tuanya. Hal ini membuat anak itu marah dan mencari kebahagiaan sendiri. Dia ,ulsi melupakan orang tuanya. Hingga sampai dia mulai beranjak dewasa dan orang tuanya sudah memasuki usia tua, orang tuanya pun memiliki satu permintaan pada anak tersebut, dia ingin agar anak itu bisa seperti orang tuanya saat ini, namun anak tersebut ternyata telah memilih jalan hidup sendiri. Ia tidak mau berada di samping orang tuanya. Sementara di sisi lain ada seorang anak yatim-piatu seperti adik-adik, dia hidup tanpa mengenal siapa orang tua dan berasal dari mana. Ia menjalani dan menikmati hidup. Malah, kekurangan yang ia miliki, ia jadikan sebagai pacuan hidup meraih kesuksesan. Setiap hari mancari ilmu dan menerapkan setiap ilmu yang ia dapat dalam kehidupannya. Setiap hari bermimpi suatu saat ia akan menjadi orang sukses. Dan sekarang semua telah terbukti. Ia saat ini menjadi orang hebat yang dikagumi banyak orang. Nah dari cerita kakak, apakah ada satu orang yang mau menaggapinya?”, Nisa melemparkan sebuah pertanyaan kepada adik panti. Kemudian seorang anak mengacungkan tangannya.

“kakak, anak yang kedua sama seperti kami, tidak memiliki orang tua dan keluarga. Kakak, saya tidak memiliki keluarga, tetapi saya masih punya rasa kekeluargaan itu yang saya berikan kepada semua penghuni panti. Saya masih menyayangi kedua orang tua saya dan selalu mendoakan mereka agar selalu baik-baik saja. Saya ingin berbakti kepada mereka dengan menjadi insan yang berguna. Mereka pasti memimpikan anaknya berhasil ketika ia dewasa nanti. Saya ingin membuktikan bahwa setiap manusia memiliki kesempatan yang sama dalam meraih kesuksesan. Kakak, Rasulullah pun seorang yatim piatu, namun ia bisa menjadi teladan bagi seluruh umat muslim. Saya yakin anak yang kedua itu luar biasa berusaha menerima takdir, tak pernah berputus asa, dan menjadi yang terbaik dalam apapun yang ia miliki. Mengenai cerita anak pertama, saya tidak ada tanggapan, betapa saya menginginkan memiliki orang tua, tapi dia malah membeci orang tuanya. Saya tak bisa menjawab karena saya belum pernah merasakan kasih sayang orang tua, tetapi saya sangat yakin orang tua adalah kasih sayang terindah yang diberikan Tuhan”, anak itu memberi tanggapan yang sangat menyehtuh semua yang mendengarnya.

“Kakak, jika aku bisa memilih, aku ingin sekali menjadi anak pertama. Walaupun orang tuaku jahat, jarang bersama, aku akan tetap disampingnya. Aku akan menyayanginya dan melakukan semua keinginannya. Kakak, ibuku maninggal ketika melahirkan ku dan ayahku merupakn seorang yang sangat jahat. Dia sering memukuliku, namun di saat aku sakit dia orang pertama yang memelukku dan selalu berkata “Kau akan sembuh, ayah akan menyembuhkanmu dan jangan menagis lagi” Ayah walaupun jahat, tetapi menyayangi aku. Sekarang tidak ada lagi ayah yang sering memukuliku dan juga tidak ada yang memelukku dengan kehangatan keluarga seperti yang diberikan ayah setiap aku sakit.  Aku tahu rasanya sangat menyakitkan ketika ditinggalkan mereka. Aku ingin sekali  orang tuaku bisa hidup kembali”, seorang anak perempuan kira-kira berusia sepuluh tahun langsung saja berbicara dan menangis.

“Baiklah, pelajaran yang kita dapat dari cerita ini bahwa kita harus selalu berbakti kepada orang tua, baik ia masih hidup maupun telah tiada. Ibu yang telah melahirkan kita dan bersama ayah membesarkan kita hingga akhir hayat mereka.  Baiklah, selain ingin bercerita kakak juga ingin memberikan hadiah untuk kalian semua. Sepaket boneka keluarga Sapi. Janji, kalian akan belajar dengan lebih giat lagi serta menjadi anak yang baik. Hadiah ini merupakan pemberian khusus dari seorang kaka kalian juga, yaitu Kak Haryanto Putra. Ucapkan terima kasih kepada kak Haryanto”, Nisa pun memberikan hadiah itu kepada salah satu anak.

Nisa senang sekali hari ini, semua targetnya tercapai sudah hanya dalam satu acara. Semoga mereka bisa saling instropeksi diri masing-masing.

“Nisa, sungguh tak disangka kita bertemu lagi. Ceritamu bagus sekali, saya sangat terharu dan teringat akan masa lalu. Jika kamu butuh bantuan, hubungi saa saja’, Haryanto memberikan kartu namanya dan meninggalkan panti ketika acara itu selesai dengan mata yang berkaca-kaca.
“Iya, terima kasih pak.”

“kAMU, aku tunggu besok di HF Store, aku ingin mempelajari kota Jambi. 08.00 tepat waktu”, Billy menghampiri Nisa dan meninggalkannya menyusul ayahnya menuju mobil.

“Wahhh, Nisa yang kamu lakukan tadi hebat sekali, aku sampai menitikkan air mata”, Gina segera menuju ke arah Nisa setelah acara itu terjadi.
 “Biasa aja gina, suara kamu tu yang tambah merdu, yuk, main barenng adik-adik. Kangen sekali aku dengan suasana asrama.

Sore itu setelah menghadiri acara di panti asuhan, dua orang laki-laki yang berbeda usia duduk bersama di teras rumah. Pikiran mereka tertuju pada kejadian hari ini. Apa yang mereka lihat dan dengar terus mengusik menghantui mereka.

“Maafkan ayah, karena tak bisa mendidikmu dengan baik”, akhirnya laki-laki yang lebih tua lebih dulu memulai pembicaraan.
“Aku yang salah sudah tidak menghormati ayah, maafkan aku”, laki-laki muda itu menanggapi dengan nada suara yang lebih rendah dari biasanya.
“Bagaimana dengan biolamu? Apa semakin menguasai?”, suasana benar-benar kaku seperti berbicara dengan orang asing saja.
“Aku sudah jarang bermain biola. Bagaimana dengan buku yang ayah tulis? Aku dengar banyak apresiasi dari masyarakat”, Billy berusaha mencari ide percakapan diaantara mereka.
“Bukankah kehebatanku tidak pernah kau ragukan. Aku harap permainan biolamu semakin baik dan aku ingin sekali kembali melihatmu bermain. Apa kau tidak ada jadwal bermain lagi?”
Billy kemudian tersenyum menanggapi perkataan ayahnya.
“Ayah, apa di Jambi aku bisa mendapatkan job main? Bukankah ayah menyuruhku datang untuk melihat HF store. Kau bisa melihatku bermain setiap saat”.
“Benarkah, kalau begitu saat ini aku ingin melihatmu memainkan biola. Bagaimana?”, Haryanto senang sekali bisa kembali lebih dekat dengan anaknya
“Gak bisa ayah, kemarin aku hanya bawa satu biola dan kemarin rusak gak sengaja terbanting”, Billy menyesal sekali telah membanting biolanya kemarin.
“Kalau begitu kau harus segera membelinya, aku ingin sekali bisa melihatmu bermain.”
“Sepertinya memang harus begitu. Ayah,  aku ingin sekali memelukmu. Bolehkah?”, Billy memberanikan diri untuk mengatakannya.
Tanpa perlu berkata banyak, Haryanto langsung memeluk Billy. Entah sudah berapa lama ia tidak memeluk anaknya itu.
“Maafkan ayah ya nak.”
“Tidak ayah, Billy yang salah. Maafkan Billy.”

Itulah yang terjadi sore itu di kediaman Haryanto Putra. Awan-awan tampak menari-nari  menemani kebahagiaan mereka. Tak ada yang lebih indah daripada kebahagiaan bersama keluarga.


Sementara di panti Asuhan masih terlihat dua orang perempuan bermain bersama anak-anak panti. Mereka sangat menikmati pertemuan hari ini

*****

Kenapa aku mempercayai laki-laki itu, jangan-jangan dia mempermainkanku hari ini. Bertemu di HF Store kemudian menjelaskan tentang Jambi, Haahhh, sepertinya dia benar-benar mempermainkanku. Ini sudah pukul 09.30.
Tepat pukul 10.00 seorang pria itu turun dari sebuah angkot berwarna kuning dan segera menuju ke arahku.

“Maaf, telat dua jam. Aku tadi salah naik angkot. Padahal malamnya sudah belajar dengan bibik, masih saja salah. Ini pertama kalinya aku pergi seperti ini”, Billy tampak senang sekali dan tersenyum begitu indah.
“Sebenarnya apa yang terjadi, dimana mobilmu?, kenapa bisa salah, naik angkot apa kamu?”, Nisa penasaran sekali dengan apa yang dilihatnya.
“Hahaha, itulah bodohnya aku, Bibik bilang naik angkot besar berwarna biru dan berhenti sampai terminal. Setelah itu aku hanya tinggal berjalan sedikit atau naik angkot lagi selain warna merah dan hijau. Aku gak tahu kalau ada angkot biru besar punya dua jalur. Aku naik angkot yang salah dan ujung-ujungnya kembali ke rumah.  Setelah ditanyakan lagi kepada Bibik, baru aku tahu harus naik angkot biru besar tujuan pasar. Gak ada tulisan dan nomornya. Beda dengan Jakarta.”, Billy menceritakan kisah perjalanannya.
“Selamat ya, akhirnya nyampe juga. Sekarang kita mau kemana dan naik apa niy?”, Nisa bertanya tentang rute perjalanan yang direncanakan Billy.
“Keliling Jambi, aku mau memperlajari letak-letak kota beserta angkutan umumnya. Ya, naek angkot la, aku gak punya mobil lagi. Aku ini gak punya apa-apa, semuanya kan milik ayah.”, Billy langsung mengajak Nisa untuk naek angkot.
“Baiklah, kali ini kita naik angkot biru yang kecil. Angkot ini bisa menuju ke derah Telanai. Dibagi dua jalur ada yang ke arah kantor gubernur dan daerah karya. Kita naik saja dulu nanti aku jelaskan lagi”, Nisa memberhentikan sebuah angkot dan mereka pun segera naik.
Hari ini, Nisa menjelaskan berbagai sudut kota Jambi kepada Billy. Ia sangat senang sekali karena anak itu sudah memiliki banyak perubahan walaupun terkadang masih sering mengeluh. Untungnya hari itu, cuaca kota Jambi sangat bersahabat sehingga mereka bisa melakukan semua target-target tempat yang akan dituju.
“Nisa, kalau sudah belajar langsung seperti ini, aku tidak akan salah naek angkot lagi. Hari ini benar-benar senang”, Billy  kembali tersenyum dengan indahnya.
Setelah mereka memutari seluruh kota, mereka kembali menuju HF Store.
“Nisa, mana Hp mu, aku pinjam sebentar.”
Kemudian Nisa pun memberikannya. Billy mengetik beberapa nomor dan menekan tombol memanggil.
“Baiklah, aku akan menyimpan nomormu.  Terima kasih sekali hari ini dan besok datanglah ke HF Store, ada beberapa pengumunan penting, oke!”, Billy kemudian pergi meniggalkan Nisa sendiri dan memberhentikan angko biru besar sepertinya dia benar-benar sudah memahami angkotan umum kota ini.

Kenapa pada akhirnya selalu aku yang ditinggal, dasar aneh!!! Aku pun segera menyimpan nomornya Billy.
Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2010, besok kita akan memulai tahun baru. Semoga di tahun depan aku bisa menjadi lebih baik lagi dari tahun ini. Pada malam harinya semua orang keluar mengadakan perayaan tahun baru dengan pesta kembang api dengan orang-orang terkasih. Aku lebih memilih untuk di rumah saja bersama mama dan Papa. Ada banyak sms yang telah diterima mengucapkan Happy New Year. Dan yang paling menggelikan adalah sms dari Billy

From: Billy
Happy New Year Nissa. Akhirnya aku naek angkot juga, makasiy ya, ketika pulang td ak mengulang kbli semua angkot dan aku sekrg bnr2 sdh mahir. Bsk di tes. Jgn lp dtg ke HF Store. Ak mau persiapan u besok niy J
Reply message
To: Billy
Wawww, aku jadi bangga bisa jadi guru yang baik u kamu. Semangat ya u besok dan Happy New Year.

“Tew, kamu gak tidur, mau keluar gak, yuk!!”, papa tiba-tiba saja masuk dan mengagetkanku.
“Iya pa, bentar Nisa ganti baju.”
Akhir tahun yang sangat spesial. Sambil pergi bersama orang tuanya, Nisa menulis di diarynya yang berwarna pink. Banyak hal yang ia lalui akhir tahun ini.

Akhir tahun yang begitu memorable. 2010 begitu spesial. Tahun peranjakan menuju kedewasaan yang sudah berdiri menyambutku di tahun-tahun selanjutnya.
Kak Rendi,  Children Fun City kita akan segera terwujud. Semoga dia bisa melaksanakannya seperti yang kita harapkan dulu. Kak, sampai saat ini perasaan ku masih sama selalu mencintaimu. Berbahagialah di sana kak Rendi dan aku akan terus berkarya memberikan yang terbaik di sini hingga saatnya tiba aku akan kembali menemanimu di sana.
To: Dewa Angin

Impianku adalah agar impian kak Rendi tercapai J

*******
1 Januari 2011
Tepat di HF Store semua orang sudah berkumpul untuk mendengarkan beberapa pengumuman yang akan disampaikan Billy Haryanto Putra. Semua orang khususnya para wartawan begitu penasaran terhadap keputusan Billy apakah akan meneruskan HF Store dan kelak mau menerima semua tugas yang mungkin akan segera diserahkan ayahnya. Tiba saatnya Billy berbicara

“Saya, Billy Haryanto Putra, hari ini ingin menyampaikan beberapa hal. Pertama saya ingin mengucapkan Happy New Year untuk seluruh masyarakat dan hari ini HF Store meberikan program diskon kepada kalian semua”, terdengar tepukan tangan dari masyarakat yang mendengarkan.

“Yang kedua, saya sudah akan memutuskan akan terus meneruskan HF Store dengan inovasi-inovasi baru ataupun pergantian nama nantinya. Dan yang ketiga yang terpenting. Mulai hari ini, saya, Billy Haryanto Putra, merupakan satu-satunya penerus semua usaha ayah saya, Haryanto Putra.”, Terlihat kebahagiaan di wajah ayahnya dan langsung saja ia memeluk anaknya itu.

“Terima kasih nak, kamu adalah Billyku yang terbaik”, Haryanto tak ingin melepaskan pelukan itu.
Setelah pengumunan itu usai, semua orang berkerumun mengejar diskon yang sengaja diberikan khususn untuk hari ini. Seorang perempuan terlihat bahagia sekali memandangi sekeliling HF Store.

Kakak, kita harus percaya suatu saat di tempat ini akan dibangun Children Fun City dan games You’re the best. Kaka, yang terpenting, HF Store telah ramai dikunjungi masyarakat. Semoga dia bisa membantu impian kita
To: Dewa angin
Tolong lindungi setiap langkah Billy dan berikan jalan agar ia bisa mewujudkan impian kak Rendi.
Aku pejamkan mata dan terbangkan pesawat kertas itu setinggi mungkin. Tiba-tiba saja seorang pria menghampirku dari belakang.

“Nisa, kamu lihat-lihat barang dulu ya, pilih saja yang kamu suka, khusus hari ini untuk kamu diskon 100%, aku ada urusan sebentar dan setelah itu biar aku antar kamu pulang naek angkot”, ternyata pria itu adalah Billy.
“Oke, baiklah, senangnya bisa dapat gratis hari ini, tetapi aku tidak menerimanya. Bagaimana bisa maju kalau selalu meberikan produk gratis kepadaku. Tetap harus bayar”, Nisa menolak tawaran dari Billy.
“Baiklah, nanti akan dibayar dengan uangku.’
“Bukannya kamu gak kaya lagi. Kalau aku mau beli ya pake uang sendiri.”, Nisa mengingatkan Billy bahwa ia d=sudah tidak kaya lagi.
“Iya, aku masih miskin sekarang, nanti saja setelah punya banyak uang, aku pergi sebentar ya”, Billy pun lalu meninggalkan Nisa dan menuju ke ruangan kerjanya yang baru.

“Pak, ini merupakan ruangan bapak di HF Store. Ini berkas-berkas surat lama dan berbagai informasi mengenai HF Store. Mungkin ada beberapa hal yang bisa bapak pelajari. Nama saya Andi, saya yang akan membantu bapak sehari-harinya.”, Seorang pria yang usianya sekitar tigapuluh tahunan itu memberikan penjelasan kepada Billy.
“Baiklah, terima kasih. Pak Andi bisa panggil saya Billy saja, usia kita lumayan jauh berbeda.”,

Billy kemudian mulai melihat beberapa surat-surat dan ia tertarik pada sebuah proposal  “Children Fun City”. Apalagi setelah membaca konsep yang ditawarkan, ia sungguh tertarik dengan proposal ini.

“Pak Andi, bolehkah saya bertanya tentang Proposal ini”, Billy langsung menanyakan hal tersebut kepada pak Andi.
“Itu adalah Konsep usaha yang dirancang pemilik HF Store sebelum diserahkan kepada pak Haryanto, sayangnya sebelum mempersentasikan konsep tersebut dia sudah keburu meninggal. Begitulah Billy sedikit ceritanya”, Pak Andi menjawab pertanyaan Billy.

Rendi Mubarok Alfarisi, putra Rizal Suryadiningrat, inik kan keluarga yang terkenal  yang beberapa kali pernah diceritakan ayah.. Kenapa mereka melepaskan HF Store. Spertinya HF Store menyimpan begitu banyak masa lalu. Aku bawa saja semua dokumen ini. Akan aku pelajari satu-persatu.  Billy semakin tertarik dengan dunia baru nya.

“Pak, aku bawa dokumen ini. Aku ada janji dengan teman dan besok kita akan mulai membahas program-program terbaru yang akan dibuat. Harap bantuannya dari bapak untuk kedepannya”, Billy pamit kepada pak Andi dan teringat Nisa yang sedang menunggunya.
“Baiklah Billy, sampai jumpa besok.”
Billy segera mencari Nisa sambil membawa beberapa dokunen yang harus dibacanya malam ini.

“Nisa, kamu tidak berbelanja. Baiklah, tolong bantu baw sebagian dokumen ini, berat sekali”, Billy pun menyerahkan sebagian dokumen yang dipegangnya kepada Nisa. Karena tak begitu kuat membawanya, dokumen itupun terjatuh sebelum sampai ke tangan Nisa.

Children Fun City, Ini proposal yang dibuat kak Rendi. Ya Allah, bukakanlah selalu jalanmu. Billy aku percaya sekali pada kemampuanmu.

Kenapa Nisa, kamu tertarik juga dengan proposal ini? Aku merasakan HF Store ini sungguh menarik. Aku akan membaca semua dokumen ini malam ini”, Billy senang dengan hari pertama nya bekerja.

Bukan hanya tertarik, ini merupakan impianku Billy. Aku sangat yakin sekarang pertemuan kita memang sudah direncanakan untuk hal ini. Kak Rendi pasti senang sekali dan nenek, nenek, impian Kak Rendi akan segera terwujud..

`to be continued.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar