Senin, 08 November 2010

Nisa: "Cinta ini untukmu" ****part four****

Setelah mendapatkan berbagai informasi yang ia cari, Nisa segera membuka laptopnya, sepertinya semua ini telah diprediksinya dari awal. Dia membuka website Usaha dan para pengusaha di Indonesia

Search: Haryanto Putra

Keluarlah beberapa berita mengenainya.
Haryanto Putra mencoba dunia baru menulis buku di usia yang ke lima puluh tahun

Happy Family Store beralih ke tangan Haryanto Putra karena meninggalnya Rendi Mubarok Alfarisi

Haryanto Putra membuat keputusan mendadak memberikan Happy Family Store kepada Billy, analk tunggalnya

Billy Haryanto Putra mengalami Luka Tusuk akibat perkelahian antar teman di Palembang

Pantaskah Billy meneruskan jejak ayahnya dan bagaimana nasib Happy Family Store???

“Aku benci Ayah”, by Billy Haryanto Putra

Biografi mengenai Billy Haryanto Putra, lahir Jakarta 27 April 1988

30 Desember 2010, Billy akan menuju Jambi menerima tugas barunya

Nisa sudah mendapatkan semua yang dia mau dan membuka satu-persatu berita itu.

Happy Family Store beralih ke tangan Haryanto Putra
Rabu, 1 Desember 2010 09.00 WIB
Sungguh berita yang sangat mengejutkan bagi para pebisnis Indonesia. Keluarga Suryadinigrat pertama kalinya menjual semua sahamnya dengan harga murah dan memberikan begitu saja Happy Family Store,  salah satu bisnis keluarga, kepada orang luar. Orang yang berhasil mendapatkannya adalah Haryanto Putra, si naga berbaju besi yang sulit sekali untuk ditaklukan. Memang sudah lama beredar kabar kebangrutan Happy Family mempertahankan Store yang berpusat di Jambi. Kesempatan ini, jelas saja dimanfaatkan Haryanto, terbukti dia rela bolak-balik Jakarta Jambi Palembang untuk mendapatkan Happy Family Store. Keberuntungan benar-benar ia dapatkan setelah meninggalnya Rendi Mubarok Alfarisi, satu-satunya anggota keluarga yang masih HFS tetap berada di tangan keluarga Suryadiningrat. Kematian pada tanggal 27 November 2010 itu begitu mendadak dan tak ada anggota keluarga lain yang meneruskan jejak si bungsu dari Almarhum Rizal Suryadiningrat tersebut.......
Nissa menutup cerita itu, ia tak sanggup jika harus membaca berita kematian kak Rendi. Setelah menarik nafas panjang dia kembali membuka berita lainnya.

Billy Haryanto Putra mengalami luka rusuk akibat perkelahian antar teman di palembang
Rabu, 1 Desember 2010 15.45 WIB
Berita ini disampaikan langsung oleh Gery Rinaldi, sahabat baik Billy. “Billy, pada tanggal 29 November 2010 memang mengalami kecelakaan luka tusuk dan harus mengalami operasi yang bagusnya berjalan lancar. Hanya itu yang bisa disampaikan. Saya tidak berhak berbicara lebih banyak lagi”. Hanya itu yang disampaikan Gery. Ntah apa yang menyebabkan luka tusuk itu sebenarnya. Akan tetapi, mulai hari ini Billy harus lebih menjaga setiap perbuatannya karena Haryanto Putra sudah mulai mempercayakan bisinisnya tersebut dan bisa dipastikan Billy merupakan satu-satunya penerus usaha Haryanto. Kita lihat saja apa Billy bisa mengikuti jejak ayahnya. (FKR)

“Aku benci ayah”, by Billy Haryanto putra
Hari ini akhirnya kami bisa bertemu dengan Billy HaRYAnto Putra. Setelah sekian lama sulit sekali untuk menemuinya. Kali ini, dia datang sendiri kepada kami dan hanya menyebutkan beberapa kata yang sangat mengejutkan semua orang tentunya.
“Aku benci ayah. Dia bukan seorang ayah, dia tidak menjengukku disaat sakit. Ayahku adalah bunga yang selalu menemaniku sepanjang hari di ruanngan penderitaan itu. Aku tidak akan menerima Happy Family store. Tidak akan pernah bekerja di bawah kaki ayah yang membutku muakk!!!”.
Setelah mengatakan kata-kata mengagetkan, Billy langsung meninggalkan kami. Awal kehancuran bagi Happy Family Store tentunya. Anak muda zaman sekarang sangat keras kepala dan maunya keinginan sendiri. Ini bisa menjadi suatu tekanan bagi Haryanto. Akankah dia bisa mengatasi masalah ini. Akankah sejarah terukir dalam kehidupan Haryanto bahwa kehancurannya berada di tangan anaknya.  1 Januari 2011 merupakan saksi sejarah salah satu sisi kehidupan Haryanto. (FKR)

Dan berita yang paling diinginkan Nissa

Biografi Billy Haryanto Putra
Billy Haryanto Putra dilahirkan pada tanggal 27 April 1988 dari pasangan bisnis terkenal Haryanto putra dan Elizabeth Haryanto keturunan Bugis-Inggris. Elizabeth meninggal dunia sejak Billy berusia tiga tahun dan sejak kepergian ibunya Billy lebih sering menghabisi waktunya sendiri di rumah atau bersama teman-temannya. Jerlas sekali, Haryanto sangat sibuk sekali meenjalankan bisnisnya sendiri. Billy tumbuh menjadi yang anak yang sangat cerdas, Prestasi nya begitu luar biasa dengan lebih dari lima puluh piala terpajang di rumahnya. Tetapi, masalah itu datang saat Billy menginjak bagku perkuliahan. Mungkin karena kejenuhan begitu menumpuk ataupun karena desakan dari Haryanto sendiri agar ia meneruskan jejak ayahnya membuat Billy berubah menjadi anak yang sangat kasar dan tidak berprilaku sangat buruk sekali. Berbagai prestasi yang telah ia capai tidak berarti lagi. Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada Billy hingga sekarang. Semua menjadi sebuah misteri. Satu yang pasti, Billy yang ternyata sangat hobi bermain biola ini merupakan satu-satunya penerus bisnis Haryanto Putra dan ini merupakan suatu bebabn bagi Billy sendiri. Dia harus bisa menjadi yang terbaik nantinya, setidaknya bisa menyamai kehebatan ayahnya sendiri. (FKR)
Tiba-tiba saja Hp Nisa berbunyi dan dibukanya
1 message received
From: Gina
Untuk acara panti asuhan besok, kalian jadi kan mau bantu aku?
Reply message
To: Gina
Iya jadi say.
1 message received
From: Gina
Ok, 08.00 on time ya..

Kenapa aku bisa melupakan acara ini. Gina adalah salah satu temanu sewaktu SMA dulu, orang tuanya bekerja di dinas sosial sehingga ditugaskan menempati rumah Panti Asuhan milik pemerintah Jambi. Aku pernah beberapa kali berkunjung ke sana dan bermain bersama mereka. Besok merupakan ulang tahun panti Asuhan tersebut. Duatu anugerah luar biasa aku bisa diundang ke acara tersebut.  Nisa kemudian seolah melupakan rencana awalnya dan mematikan laptopnya. Aku harus membeli beberapa hadiah untuk anak-anak panti. Segera saja Nisa menuju ke HF Store. Entah kenapa dia ingin sekali mengunjungi tempat itu dan mencoba berbelanja di sana. HF Store hari ini ramai sekali. Tak seperti biasa, parkiran mobil pun menumpuk hingga jarak 1 km dari lokasi. Seperti yang telah diberitakan hari ini Billy akan ada di Jambi untuk survey HF Store. Keyakinan Nisa semakin memuncak saat melihat banyak wartawan berkumpul di HF Store.  Sepertinya Billy telah mengetahui akan bertemu banyak wartawan hari ini sehingga dia pun memakai pakaian formal yang jauh lebih rapi daripada saat terakhir dilihat di rumah sakit. Billy mempersilahkan para wartawan mengajukan beberapa pertanyaan dan iapun berhasil menjawab dengan lancar sekali. Sepertinya ia telah mempersiapkan hari ini dengan baik sekali. Setelah para wartawan mulai pergi, tinggallah Billy dan ayahnya dan pembicaraan itu berpindah pada suatu ruangan kecil yang sangat pas dijadikan ruang rahasia.

“Kamu tampan sekali hari ini anakku, ayah bangga sekali padamu”, Haryanto terlihat senang sekali memuji anaknya.
“Ayah, kenapa tidak pernah mengerti bahjwa aku tidak pernah bermimpi menjadi penerus bisnis ayah. Ayah, dua puluh tahun aku berusaha membahagiakan ayah, tidakkah sekarang aku boleh mengerjakan apa yang aku mau. Kenapa ayah begitu jahat. Aku tidak akan meneruskan HF Store ini. Tidak ada harapan ayah. Aku dan perusahaan tidak akan ada harapan.”
“Billy, kau ingin meneruskan keinginanmu bukan dan setelah kau berhasil kau akan melihat aku yang telah tua ini hanya bisa menatap satu demi satu runtuhnya usaha yang telah aku rintis dari nol, apa kau pernah memikirkan itu?” Haryanto kesal sekali dan meninggalkan Billy sendiri.
“Ya, lebih baik kau pergi saja ayah. Aku tidak akan pernah menjadi penerusmu”, Billy meneriaki ayahnya yang semakin menjauh darinya.

Anakku, tidak ada orang lain lagi selain darimu. Ini salah ayah yang tak bisa mendidikmu sehingga kau jadi seperti ini. Salahkah aku hanya ingin memepertahankan apa yang aku punya kepada anakku Tuhan??? Haryanto memejamkan matanya dan ingin segera melupakan perkataan anaknya hari itu.

Nisa yang dari tadi berusaha mendengarkan segera mencari aktivitas lain. Dia berusaha setenang mungkin untuk tidak menimbulkan kecurigaan.

“Maaf nona, apa yang kau lakukan di sini? Apa ada yang bisa saya bantu”, Haryanto Putra menghampiri Nisa yang tampak kebingungan.
“Ehh..saya mau membeli boneka untuk adik saya yang ada di panti asuhan, tapi gak tau kenapa malah ke tempat seperti ini. Apa bapak tau dimanatempatnya?”
“O, iya kamu bisa mengikuti saya”, Haryanto percaya saja kepada Nisa dan mengantarkannya ke bagian mainan anak.
Berjalan bersama Haryanto Putra jelas saja membuat Nisa menjadi pusat perhatian. Ternyata gak enak banget jadi orang penting seperti ini.
“Terima kasih pak, semoga HF store bisa lebih baik lagi”, Nisa mengucapkan terima kasih dan sedikit berbasa-basi.
“Kamu ambil saja beberapa mainan untuk adik-adikmu dan semua gratis. Sampaikan salamku untuk adik-adik panti”, Haryanto begitu baik sekali hari ini
“Terima kasih pak, adik-adikku pasti senang sekali, nanti saya akan ceritakan ini pemberian dari bapak”, Nisa kembali berterima kasih dan sedikit berbasa-basi.
Haryanto Putra meninggalkan HF Store bersama beberapa rekan dan bawahannya. Nisa melihat beberapa boneka dan tertarik pada salah satunya, boneka Sapi. Nisa segera mengambilnya sepaket keluarga Sapi.
“Apa yang kamu bicarakan pada ayah? Kenapa kamu bisa bersamanya?Apa kenal ayahku?”, sebuah suara mengejutkan Nisa.
“O, kamu, aku gak kenal ayahmu, tapi dia orang yang baik. Lihat, semua yang ku beli ini gratis”, Nisa menunjukkan boneka-boneka yang akan dibelinya.
“Aku tunggu kamu di bawah”, sama sekali tak menggubris pujian Nisa terhadap ayahnya.

Saat di mobil bersama Billy.
‘Spertinya kamu kaya sekali ya, wajar saja seratus juta begitu tidak berarti”, Nisa mengungkit kejadian hari itu.
“Kamu nya saja yang gak mau. Kenapa kamu bisa ada di Jambi?”
“Liburan kuliah, Aku asli Jambi, semua keluargaku sebagian besar di sini”.
“Benarkah? Kalau begitu kau kuangkat jadi guide selama satu hari. Sejujurnya aku tidak puny teman di sini. Lima Juta bagaimana?”

“Apa kamu menilai semua hal dengan uang. Bisa aku pertimbangkan, tapi jangan keluarkan uangmu. Aku tersinggung sekali jika kau berbuat seperti itu kepadaku untuk yang kedua kalinya. Berhenti di sini saja, aku merasa tidak nyaman naik mobil semewah ini, Satu hal lagi, tidakkah kamu malu bahwa uang yang kamu miliki adalah milik ayahmu sementara kau begitu membenci dia. Selama kau masih seperti ini, kau akan terus berada di bawah ketiakmu. Mau membangkang, tapi masih menengadah tangan kepadanya. Jadi berkaca dulu begitu hebatnyakah dirimu?” Nisa kesal sekali dan segera turun setelah Billy memberhentikan mobilnya.
“Sebanarnya apa yang kamu bicarakan?”,Nissa tak mendengarkan teriakan Billy dan langsung saja memberhentikan angkot dan ingin secepat mungkin berada di rumah.
 Muka Billy merah sekali, tak pernah ada orang yang mencerca nya seperti itu.

...tidakkah kamu malu bahwa uang yang kamu miliki adalah milik ayahmu sementara kau begitu membenci dia. Selama kau masih seperti ini, kau akan terus berada di bawah ketiakmu. Mau membangkang, tapi masih menengadah tangan kepadanya. Jadi berkaca dulu begitu hebatnyakah dirimu?”
Kata-kata itu selalu terngiang di kepala Billy. Apa yang hebat dari seorang anak yang suka memberontak namun masih saja menengadahkan tangan meminta uang ayahnya. Aku benar-benar tidak berguna. Billy mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang.

Sesampainya di rumah dia langsung menuju kamarnya dan melampiaskan semua amarahnya dengan memainkan biola. Lima belas menit dia berinteraksi sendiri dalam dunianya.

...tidakkah kamu malu bahwa uang yang kamu miliki adalah milik ayahmu sementara kau begitu membenci dia. Selama kau masih seperti ini, kau akan terus berada di bawah ketiakmu. Mau membangkang, tapi masih menengadah tangan kepadanya. Jadi berkaca dulu begitu hebatnya kah dirimu?

Emosi Billy kian memuncak dan kemudian dibantingnya biola yang tadi ia mainkan dengan sangat indah. Dihempaskan tubuh dan ia terbaring lemah memikirkan kata-kata yang sungguh membuat jiwanya melayang. Dilihatnya foto dirinya bersama ayah yang selaluia bawa di dompetnya. Teringat akan masa kecil yang begitu indah. Pikirannya pun melayang kepada kejadian 15 tahun yang lalu sejak ia masih berusia tujuh tahun.

Hari itu, 24 April 1995, merupakan ulang tahun Billy yang ke-7. Ulang tahun itu dirayakan sangat meriah. Namun, ada satu hal yang paling berkesan buatnya. Saat ayahnya memberikan hadiah paling berharga dalam hidupnya. Sebuah biola pertama yang ia miliki.
“Ayah...terima kasih, Billy suka sekali biola ini. Billy akan berlatih dengan keras agar bisa memainkannya dengan indah. Ayah adalah orang pertama yang harus mendengarkannya. Ayah, Billy sayang sekali sama ayah”, Billy tampak girang sekali setelah menerima kado ulang tahun dari ayahnya, ia kemudian menari-menari di depan ayahnya.
“Anakku, kamu satu-satunya milik ayah, kamu harus tumbuh menjadi anak yang cerdas dan bisa menjadi teman terbaik ayah. Sepakat sayang”, Laki-laki yang saat itu masih sangat muda dan gagah itu memeluk segera memeluk anaknya.
“Ayah, Billy janji akan selamanya menemani ayah dan membuat ayah bahagia”, Billy masih begitu polos saat itu.
Ayah, mengapa semua menjadi seperti ini sekarang? Ayah, maafkan aku. Kau pasti tidak bahagia saat ini. Ayah, aku tidak menepati janjiku. Maaf ayah....Aku telah berkata kasar padanya hari ini. Seharusnya aku bisa mengontrol emosiku.

  Billy langsung menghapus air matanya dan segera membuka Hp nya

 Calling Ayah

 “Ada apa Bil?”
Tak ada suara sejenak. Billy bingung sekali ingin berbicara apa. Ia sudah begitu lama tidak berkomunikasi dengan ayahnya kecuali dalam suasana bertengkar.
“Billy, kau kenapa? Aku sibuk sekali hari ini, apa yang ingin dibicarakan?”, Haryanto bingung sekali terhadap sikap anaknya itu.
“Oh, tidak apa-apa, lanjutkan saja kerjanya”, Billy mengurungkan niatnya untuk meminta maaf.
“Di rumah ada undangan acara ulang tahun panti Asuhan untuk besok, kamu harus datang. Ayah mungkin pulang malam jadi kamu lihat sendiri undangannya di ruangan kerja.
“Iya, ntar aku lihat”, Billy pun mengakhiri pembicaraan lewat telepon itu.

Mungkin semua sudah terlambat, Aku dan ayah sudah berada di jalan yang berbeda sekarang.
Malam harinya Nisa kembali mengingat kejadian yang baru dialaminya hari ini.
Ah, apa aku terlalu kasar ya tadi? Kenapa aku tidak menyaring kata-kata sebelumnya. Dia pasti kesal sekali mendengar itu semua. Seandainya aku bertemu kembali dengannya aku akan berjanji minta maaf.

*****
 “Nisa, kamu belum tidur sayang”, Mama menghampiriku.
“Belum ma, ada apa ma?”
“Kangen sama anak mama, kamu kelihatannya walaupun libur sibuk ya? Ada masalah apa, siapa tahu mama bisa bantu”, mama tahu saja kalau aku sedang memiliki banyak masalah.
“Biasa la ma, peranjakan menuju dewasa. Ma, apakah uang itu begitu berharga? Bagaimana aku menghadapai teman yang selalu menilai sesuatu dengan uang?”, Nisa berharap mendapatkan sedikit petunjuk dari profesor terbaik sedunia itu.
“Uang itu termasuk hal terpenting,semua orang membutuhkan uang. Tingkat kecintaan dan ketergantungan seseorang pada uang berbeda-beda, sesuai dengan lingkungan dia berada. Hargailah temanmu itu, semua manusia diciptakan dengan kondisi yang sama pada awalnya, Lingkungan lah yang membuat semua sikap baik dan buruk yang terlihat. Berteman seperti kau berteman dengan orang lain. Bukankah tidak ada aturan dalam berteman”, mama menguraikan beberapa petuahnya.
“Nisa mengerti ma, sudah waktunya untuk tidur, capeknya....”, Nisa memberikan sinyal kalau dia ingin sendiri saat ini.
“Iya sayang, sudah waktunya tidur. Mama percaya kamu anak baik”, Mama pun segera meninggalkan kamar Nisa.

Begitu banyak yang aku alami hari ini. Aku ingin selalu menjadi orang baik dimanapun dan dalam kondisi apapun. Kak Rendi, aku begitu merindukanmu. Semoga kau baik-baik saja. Aku di sini, masih dengan perasaan yang sama dan semanngat yang sama. Impian kita akan Children Fun City, aku akan selalu berusaha Kak Rendi. Apakah kakak sudah bertemu dengan dewa angin? Jika bertemu, sampaikan agar impian kita tercapai. Kak, aku selalu mendoakan mu setiap saat. Semoga cintaku padamu tak akan pernah mati karena cinta inilah semangat kehidupanku.
29 Desember 2010

Nia Yashifa Khoirunnisa

******

Panti Asuhan ini tidak erubah sesdikitpun. Suasananya masih asri sekali dengan berbagai keceriaan anak-anak di dalamnya. Tempat ini merupakan salah satu sumber inspirasiku.

“Hei, bu dokter, ayo masuk, kok berdiri di luar saja”, seorang perempuan menghampiri Nisa.
“Gina, lama banget gak jumpa, apa kabar niy? Kangen sama adik-adik, pasti sudah besar-besar mereka sekarang”, Nisa sudah tiga tahun tidak bertemu dengan Gina. Untungnya zaman sekarang sudah ada email, facebook, dan twitter jadi komunikasi antara mereka masih terjalin.
“Iya, semalam aku cerita kalau kamu akan datang. Kangen mereka sama kamu Nis”, Gina juga menunjukkan ekspresi bahagia bisa bertemu Nisa hari ini.
Tak beberapa lama kemudian, sebuah mobil mewah dan beberapa wartawan memasuki pekarangan panti Asuhan.
“Gina, kenapa ada Haryanto Putra, bukankah katamu acaranya hanya untuk pekarangan panti?”, Nisa tak menyangka akan bertemu dengan keluarga Haryanto Putra di tempat seperti ini.
“Iya Nisa, hanya untuk lingkungan dalam, Haryanto Putra itu dulunya berasal dari panti ini, namun pada usia delapan tahun, ia pindah ke Jakarta karena sebuah keluarga tertarik dengan kecerdasan Haryanto dan menyekolahkannya”, Gina menceritakan kisah yang sama sekali tak bisa langsung dipercaya Nisa.

Nisa pun hanya bisa terdiam. Kejadian yang dialaminya saling berkaitan, Mulai dari Billy korban luka tusuk yang ia donorkan darah untuknya, Kak Rendi meninggal dunia dan HF Store diberikan kepada Haryanto Putra yang juga merupakan ayah dari Billy, dan lebih tak disangka lagi Haryanto Putra merupakan anak panti asuhan ini yang berarti dia dulunya merupakan seorang yatim-piatu. Ini benar-benar di luar dugaan Nisa. Ia pun berpapasan dengan Billy, tetapi masing-masing mereka terlihat sama-sama tidak mengenal. Kejadian kemarin masih menjadi memori buruk di benak masing-masing.

Acara ulang tahun itupun dimulai. Mulai dari beberapa kata sambutan dari pengurus panti dan tentunya dari Haryanto, dilanjutkan dengan pembacaan doa, hingga kini merupakan acara makan-makan. Semua orang bebas memberikan acara hiburan, menyanyi, menari, atau apapun itu. Gina masih sama seperti dulu, suaranya merdu sekali.

“Baiklah adik-adik sekalian, sekarang kita beri kesempatan pada satu orang sahabat lama kita maju memberikan hiburan untuk semua, kalian pasti mengingat kakak ini. Mari kita sambut Kak Nisa...!!”, Gina segera memanggil Nisa maju setelah ia selesai bernyanyi.
“Ehm, suaraku tidak merdu dan aku juga tidak bisa menari. Bagaimana kalau aku bercerita saja. Cerita nya sangat bagus. Seorang anak yang memiliki segalanya,namun satu kekurangannya, dia kurang mendapatkan kasih sayang dari keluarganya karena kesibukan orang tuanya. Hal ini membuat anak itu marah dan mencari kebahagiaan sendiri. Dia ,ulsi melupakan orang tuanya. Hingga sampai dia mulai beranjak dewasa dan orang tuanya sudah memasuki usia tua, orang tuanya pun memiliki satu permintaan pada anak tersebut, dia ingin agar anak itu bisa seperti orang tuanya saat ini, namun anak tersebut ternyata telah memilih jalan hidup sendiri. Ia tidak mau berada di samping orang tuanya. Sementara di sisi lain ada seorang anak yatim-piatu seperti adik-adik, dia hidup tanpa mengenal siapa orang tua dan berasal dari mana. Ia menjalani dan menikmati hidup. Malah, kekurangan yang ia miliki, ia jadikan sebagai pacuan hidup meraih kesuksesan. Setiap hari mancari ilmu dan menerapkan setiap ilmu yang ia dapat dalam kehidupannya. Setiap hari bermimpi suatu saat ia akan menjadi orang sukses. Dan sekarang semua telah terbukti. Ia saat ini menjadi orang hebat yang dikagumi banyak orang. Nah dari cerita kakak, apakah ada satu orang yang mau menaggapinya?”, Nisa melemparkan sebuah pertanyaan kepada adik panti. Kemudian seorang anak mengacungkan tangannya.

“kakak, anak yang kedua sama seperti kami, tidak memiliki orang tua dan keluarga. Kakak, saya tidak memiliki keluarga, tetapi saya masih punya rasa kekeluargaan itu yang saya berikan kepada semua penghuni panti. Saya masih menyayangi kedua orang tua saya dan selalu mendoakan mereka agar selalu baik-baik saja. Saya ingin berbakti kepada mereka dengan menjadi insan yang berguna. Mereka pasti memimpikan anaknya berhasil ketika ia dewasa nanti. Saya ingin membuktikan bahwa setiap manusia memiliki kesempatan yang sama dalam meraih kesuksesan. Kakak, Rasulullah pun seorang yatim piatu, namun ia bisa menjadi teladan bagi seluruh umat muslim. Saya yakin anak yang kedua itu luar biasa berusaha menerima takdir, tak pernah berputus asa, dan menjadi yang terbaik dalam apapun yang ia miliki. Mengenai cerita anak pertama, saya tidak ada tanggapan, betapa saya menginginkan memiliki orang tua, tapi dia malah membeci orang tuanya. Saya tak bisa menjawab karena saya belum pernah merasakan kasih sayang orang tua, tetapi saya sangat yakin orang tua adalah kasih sayang terindah yang diberikan Tuhan”, anak itu memberi tanggapan yang sangat menyehtuh semua yang mendengarnya.

“Kakak, jika aku bisa memilih, aku ingin sekali menjadi anak pertama. Walaupun orang tuaku jahat, jarang bersama, aku akan tetap disampingnya. Aku akan menyayanginya dan melakukan semua keinginannya. Kakak, ibuku maninggal ketika melahirkan ku dan ayahku merupakn seorang yang sangat jahat. Dia sering memukuliku, namun di saat aku sakit dia orang pertama yang memelukku dan selalu berkata “Kau akan sembuh, ayah akan menyembuhkanmu dan jangan menagis lagi” Ayah walaupun jahat, tetapi menyayangi aku. Sekarang tidak ada lagi ayah yang sering memukuliku dan juga tidak ada yang memelukku dengan kehangatan keluarga seperti yang diberikan ayah setiap aku sakit.  Aku tahu rasanya sangat menyakitkan ketika ditinggalkan mereka. Aku ingin sekali  orang tuaku bisa hidup kembali”, seorang anak perempuan kira-kira berusia sepuluh tahun langsung saja berbicara dan menangis.

“Baiklah, pelajaran yang kita dapat dari cerita ini bahwa kita harus selalu berbakti kepada orang tua, baik ia masih hidup maupun telah tiada. Ibu yang telah melahirkan kita dan bersama ayah membesarkan kita hingga akhir hayat mereka.  Baiklah, selain ingin bercerita kakak juga ingin memberikan hadiah untuk kalian semua. Sepaket boneka keluarga Sapi. Janji, kalian akan belajar dengan lebih giat lagi serta menjadi anak yang baik. Hadiah ini merupakan pemberian khusus dari seorang kaka kalian juga, yaitu Kak Haryanto Putra. Ucapkan terima kasih kepada kak Haryanto”, Nisa pun memberikan hadiah itu kepada salah satu anak.

Nisa senang sekali hari ini, semua targetnya tercapai sudah hanya dalam satu acara. Semoga mereka bisa saling instropeksi diri masing-masing.

“Nisa, sungguh tak disangka kita bertemu lagi. Ceritamu bagus sekali, saya sangat terharu dan teringat akan masa lalu. Jika kamu butuh bantuan, hubungi saa saja’, Haryanto memberikan kartu namanya dan meninggalkan panti ketika acara itu selesai dengan mata yang berkaca-kaca.
“Iya, terima kasih pak.”

“kAMU, aku tunggu besok di HF Store, aku ingin mempelajari kota Jambi. 08.00 tepat waktu”, Billy menghampiri Nisa dan meninggalkannya menyusul ayahnya menuju mobil.

“Wahhh, Nisa yang kamu lakukan tadi hebat sekali, aku sampai menitikkan air mata”, Gina segera menuju ke arah Nisa setelah acara itu terjadi.
 “Biasa aja gina, suara kamu tu yang tambah merdu, yuk, main barenng adik-adik. Kangen sekali aku dengan suasana asrama.

Sore itu setelah menghadiri acara di panti asuhan, dua orang laki-laki yang berbeda usia duduk bersama di teras rumah. Pikiran mereka tertuju pada kejadian hari ini. Apa yang mereka lihat dan dengar terus mengusik menghantui mereka.

“Maafkan ayah, karena tak bisa mendidikmu dengan baik”, akhirnya laki-laki yang lebih tua lebih dulu memulai pembicaraan.
“Aku yang salah sudah tidak menghormati ayah, maafkan aku”, laki-laki muda itu menanggapi dengan nada suara yang lebih rendah dari biasanya.
“Bagaimana dengan biolamu? Apa semakin menguasai?”, suasana benar-benar kaku seperti berbicara dengan orang asing saja.
“Aku sudah jarang bermain biola. Bagaimana dengan buku yang ayah tulis? Aku dengar banyak apresiasi dari masyarakat”, Billy berusaha mencari ide percakapan diaantara mereka.
“Bukankah kehebatanku tidak pernah kau ragukan. Aku harap permainan biolamu semakin baik dan aku ingin sekali kembali melihatmu bermain. Apa kau tidak ada jadwal bermain lagi?”
Billy kemudian tersenyum menanggapi perkataan ayahnya.
“Ayah, apa di Jambi aku bisa mendapatkan job main? Bukankah ayah menyuruhku datang untuk melihat HF store. Kau bisa melihatku bermain setiap saat”.
“Benarkah, kalau begitu saat ini aku ingin melihatmu memainkan biola. Bagaimana?”, Haryanto senang sekali bisa kembali lebih dekat dengan anaknya
“Gak bisa ayah, kemarin aku hanya bawa satu biola dan kemarin rusak gak sengaja terbanting”, Billy menyesal sekali telah membanting biolanya kemarin.
“Kalau begitu kau harus segera membelinya, aku ingin sekali bisa melihatmu bermain.”
“Sepertinya memang harus begitu. Ayah,  aku ingin sekali memelukmu. Bolehkah?”, Billy memberanikan diri untuk mengatakannya.
Tanpa perlu berkata banyak, Haryanto langsung memeluk Billy. Entah sudah berapa lama ia tidak memeluk anaknya itu.
“Maafkan ayah ya nak.”
“Tidak ayah, Billy yang salah. Maafkan Billy.”

Itulah yang terjadi sore itu di kediaman Haryanto Putra. Awan-awan tampak menari-nari  menemani kebahagiaan mereka. Tak ada yang lebih indah daripada kebahagiaan bersama keluarga.


Sementara di panti Asuhan masih terlihat dua orang perempuan bermain bersama anak-anak panti. Mereka sangat menikmati pertemuan hari ini

*****

Kenapa aku mempercayai laki-laki itu, jangan-jangan dia mempermainkanku hari ini. Bertemu di HF Store kemudian menjelaskan tentang Jambi, Haahhh, sepertinya dia benar-benar mempermainkanku. Ini sudah pukul 09.30.
Tepat pukul 10.00 seorang pria itu turun dari sebuah angkot berwarna kuning dan segera menuju ke arahku.

“Maaf, telat dua jam. Aku tadi salah naik angkot. Padahal malamnya sudah belajar dengan bibik, masih saja salah. Ini pertama kalinya aku pergi seperti ini”, Billy tampak senang sekali dan tersenyum begitu indah.
“Sebenarnya apa yang terjadi, dimana mobilmu?, kenapa bisa salah, naik angkot apa kamu?”, Nisa penasaran sekali dengan apa yang dilihatnya.
“Hahaha, itulah bodohnya aku, Bibik bilang naik angkot besar berwarna biru dan berhenti sampai terminal. Setelah itu aku hanya tinggal berjalan sedikit atau naik angkot lagi selain warna merah dan hijau. Aku gak tahu kalau ada angkot biru besar punya dua jalur. Aku naik angkot yang salah dan ujung-ujungnya kembali ke rumah.  Setelah ditanyakan lagi kepada Bibik, baru aku tahu harus naik angkot biru besar tujuan pasar. Gak ada tulisan dan nomornya. Beda dengan Jakarta.”, Billy menceritakan kisah perjalanannya.
“Selamat ya, akhirnya nyampe juga. Sekarang kita mau kemana dan naik apa niy?”, Nisa bertanya tentang rute perjalanan yang direncanakan Billy.
“Keliling Jambi, aku mau memperlajari letak-letak kota beserta angkutan umumnya. Ya, naek angkot la, aku gak punya mobil lagi. Aku ini gak punya apa-apa, semuanya kan milik ayah.”, Billy langsung mengajak Nisa untuk naek angkot.
“Baiklah, kali ini kita naik angkot biru yang kecil. Angkot ini bisa menuju ke derah Telanai. Dibagi dua jalur ada yang ke arah kantor gubernur dan daerah karya. Kita naik saja dulu nanti aku jelaskan lagi”, Nisa memberhentikan sebuah angkot dan mereka pun segera naik.
Hari ini, Nisa menjelaskan berbagai sudut kota Jambi kepada Billy. Ia sangat senang sekali karena anak itu sudah memiliki banyak perubahan walaupun terkadang masih sering mengeluh. Untungnya hari itu, cuaca kota Jambi sangat bersahabat sehingga mereka bisa melakukan semua target-target tempat yang akan dituju.
“Nisa, kalau sudah belajar langsung seperti ini, aku tidak akan salah naek angkot lagi. Hari ini benar-benar senang”, Billy  kembali tersenyum dengan indahnya.
Setelah mereka memutari seluruh kota, mereka kembali menuju HF Store.
“Nisa, mana Hp mu, aku pinjam sebentar.”
Kemudian Nisa pun memberikannya. Billy mengetik beberapa nomor dan menekan tombol memanggil.
“Baiklah, aku akan menyimpan nomormu.  Terima kasih sekali hari ini dan besok datanglah ke HF Store, ada beberapa pengumunan penting, oke!”, Billy kemudian pergi meniggalkan Nisa sendiri dan memberhentikan angko biru besar sepertinya dia benar-benar sudah memahami angkotan umum kota ini.

Kenapa pada akhirnya selalu aku yang ditinggal, dasar aneh!!! Aku pun segera menyimpan nomornya Billy.
Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2010, besok kita akan memulai tahun baru. Semoga di tahun depan aku bisa menjadi lebih baik lagi dari tahun ini. Pada malam harinya semua orang keluar mengadakan perayaan tahun baru dengan pesta kembang api dengan orang-orang terkasih. Aku lebih memilih untuk di rumah saja bersama mama dan Papa. Ada banyak sms yang telah diterima mengucapkan Happy New Year. Dan yang paling menggelikan adalah sms dari Billy

From: Billy
Happy New Year Nissa. Akhirnya aku naek angkot juga, makasiy ya, ketika pulang td ak mengulang kbli semua angkot dan aku sekrg bnr2 sdh mahir. Bsk di tes. Jgn lp dtg ke HF Store. Ak mau persiapan u besok niy J
Reply message
To: Billy
Wawww, aku jadi bangga bisa jadi guru yang baik u kamu. Semangat ya u besok dan Happy New Year.

“Tew, kamu gak tidur, mau keluar gak, yuk!!”, papa tiba-tiba saja masuk dan mengagetkanku.
“Iya pa, bentar Nisa ganti baju.”
Akhir tahun yang sangat spesial. Sambil pergi bersama orang tuanya, Nisa menulis di diarynya yang berwarna pink. Banyak hal yang ia lalui akhir tahun ini.

Akhir tahun yang begitu memorable. 2010 begitu spesial. Tahun peranjakan menuju kedewasaan yang sudah berdiri menyambutku di tahun-tahun selanjutnya.
Kak Rendi,  Children Fun City kita akan segera terwujud. Semoga dia bisa melaksanakannya seperti yang kita harapkan dulu. Kak, sampai saat ini perasaan ku masih sama selalu mencintaimu. Berbahagialah di sana kak Rendi dan aku akan terus berkarya memberikan yang terbaik di sini hingga saatnya tiba aku akan kembali menemanimu di sana.
To: Dewa Angin

Impianku adalah agar impian kak Rendi tercapai J

*******
1 Januari 2011
Tepat di HF Store semua orang sudah berkumpul untuk mendengarkan beberapa pengumuman yang akan disampaikan Billy Haryanto Putra. Semua orang khususnya para wartawan begitu penasaran terhadap keputusan Billy apakah akan meneruskan HF Store dan kelak mau menerima semua tugas yang mungkin akan segera diserahkan ayahnya. Tiba saatnya Billy berbicara

“Saya, Billy Haryanto Putra, hari ini ingin menyampaikan beberapa hal. Pertama saya ingin mengucapkan Happy New Year untuk seluruh masyarakat dan hari ini HF Store meberikan program diskon kepada kalian semua”, terdengar tepukan tangan dari masyarakat yang mendengarkan.

“Yang kedua, saya sudah akan memutuskan akan terus meneruskan HF Store dengan inovasi-inovasi baru ataupun pergantian nama nantinya. Dan yang ketiga yang terpenting. Mulai hari ini, saya, Billy Haryanto Putra, merupakan satu-satunya penerus semua usaha ayah saya, Haryanto Putra.”, Terlihat kebahagiaan di wajah ayahnya dan langsung saja ia memeluk anaknya itu.

“Terima kasih nak, kamu adalah Billyku yang terbaik”, Haryanto tak ingin melepaskan pelukan itu.
Setelah pengumunan itu usai, semua orang berkerumun mengejar diskon yang sengaja diberikan khususn untuk hari ini. Seorang perempuan terlihat bahagia sekali memandangi sekeliling HF Store.

Kakak, kita harus percaya suatu saat di tempat ini akan dibangun Children Fun City dan games You’re the best. Kaka, yang terpenting, HF Store telah ramai dikunjungi masyarakat. Semoga dia bisa membantu impian kita
To: Dewa angin
Tolong lindungi setiap langkah Billy dan berikan jalan agar ia bisa mewujudkan impian kak Rendi.
Aku pejamkan mata dan terbangkan pesawat kertas itu setinggi mungkin. Tiba-tiba saja seorang pria menghampirku dari belakang.

“Nisa, kamu lihat-lihat barang dulu ya, pilih saja yang kamu suka, khusus hari ini untuk kamu diskon 100%, aku ada urusan sebentar dan setelah itu biar aku antar kamu pulang naek angkot”, ternyata pria itu adalah Billy.
“Oke, baiklah, senangnya bisa dapat gratis hari ini, tetapi aku tidak menerimanya. Bagaimana bisa maju kalau selalu meberikan produk gratis kepadaku. Tetap harus bayar”, Nisa menolak tawaran dari Billy.
“Baiklah, nanti akan dibayar dengan uangku.’
“Bukannya kamu gak kaya lagi. Kalau aku mau beli ya pake uang sendiri.”, Nisa mengingatkan Billy bahwa ia d=sudah tidak kaya lagi.
“Iya, aku masih miskin sekarang, nanti saja setelah punya banyak uang, aku pergi sebentar ya”, Billy pun lalu meninggalkan Nisa dan menuju ke ruangan kerjanya yang baru.

“Pak, ini merupakan ruangan bapak di HF Store. Ini berkas-berkas surat lama dan berbagai informasi mengenai HF Store. Mungkin ada beberapa hal yang bisa bapak pelajari. Nama saya Andi, saya yang akan membantu bapak sehari-harinya.”, Seorang pria yang usianya sekitar tigapuluh tahunan itu memberikan penjelasan kepada Billy.
“Baiklah, terima kasih. Pak Andi bisa panggil saya Billy saja, usia kita lumayan jauh berbeda.”,

Billy kemudian mulai melihat beberapa surat-surat dan ia tertarik pada sebuah proposal  “Children Fun City”. Apalagi setelah membaca konsep yang ditawarkan, ia sungguh tertarik dengan proposal ini.

“Pak Andi, bolehkah saya bertanya tentang Proposal ini”, Billy langsung menanyakan hal tersebut kepada pak Andi.
“Itu adalah Konsep usaha yang dirancang pemilik HF Store sebelum diserahkan kepada pak Haryanto, sayangnya sebelum mempersentasikan konsep tersebut dia sudah keburu meninggal. Begitulah Billy sedikit ceritanya”, Pak Andi menjawab pertanyaan Billy.

Rendi Mubarok Alfarisi, putra Rizal Suryadiningrat, inik kan keluarga yang terkenal  yang beberapa kali pernah diceritakan ayah.. Kenapa mereka melepaskan HF Store. Spertinya HF Store menyimpan begitu banyak masa lalu. Aku bawa saja semua dokumen ini. Akan aku pelajari satu-persatu.  Billy semakin tertarik dengan dunia baru nya.

“Pak, aku bawa dokumen ini. Aku ada janji dengan teman dan besok kita akan mulai membahas program-program terbaru yang akan dibuat. Harap bantuannya dari bapak untuk kedepannya”, Billy pamit kepada pak Andi dan teringat Nisa yang sedang menunggunya.
“Baiklah Billy, sampai jumpa besok.”
Billy segera mencari Nisa sambil membawa beberapa dokunen yang harus dibacanya malam ini.

“Nisa, kamu tidak berbelanja. Baiklah, tolong bantu baw sebagian dokumen ini, berat sekali”, Billy pun menyerahkan sebagian dokumen yang dipegangnya kepada Nisa. Karena tak begitu kuat membawanya, dokumen itupun terjatuh sebelum sampai ke tangan Nisa.

Children Fun City, Ini proposal yang dibuat kak Rendi. Ya Allah, bukakanlah selalu jalanmu. Billy aku percaya sekali pada kemampuanmu.

Kenapa Nisa, kamu tertarik juga dengan proposal ini? Aku merasakan HF Store ini sungguh menarik. Aku akan membaca semua dokumen ini malam ini”, Billy senang dengan hari pertama nya bekerja.

Bukan hanya tertarik, ini merupakan impianku Billy. Aku sangat yakin sekarang pertemuan kita memang sudah direncanakan untuk hal ini. Kak Rendi pasti senang sekali dan nenek, nenek, impian Kak Rendi akan segera terwujud..

`to be continued.....

Nisa: "Cinta ini untukmu" ****part three****

Satu Minggu telah berlalu sejak pertemuan terakhir itu dengan Kak Rendi. Pertemuan itu membuat Nisa selalu bermimpi akan pertemuan tak terduga yang akan datang. Pikirannya selalu melambung akan Children Fun City yang akan segera dibangun oleh Kak Rendi. Penasaran sekali bagaimana games You’re the best itu nantinya. Bagaimana respon masyarakat terhadap idenya itu. Akankah impiannya untuk menjadikan suatu pola baru dalam menentukan bakat seorang anak tercapai. Memang ide itu sudah lama muncul di benaknya, hanya saja kesempatan itu belum muncul sehingga angan itu hanya ada di kepala anak yang bernilai lima puluh itu. Nisa hanya ingin semua anak tulus dan dengan sepenuh jiwa bekerja membaktikan diri pada bangsa dan negara. Nisa hanya ingin agar orang itu bekerja selain untuk menghidupi diri tapi juga sebagai Fun sehingga tidak ada kejenuhan di dalamnya dan pada akhirnya semua orang bekerja dengan ikhlas yang terbaik dari yang ia miliki, bukankah dengan begitu negeri kita akan maju dengan sendirinya, bahkan teknologi Jepang dan adikuasa Amerikapun pun bisa kita kalahkan.



Huhhh, kenapa aku selalu berkhayal terlalu jauh seperti ini. Memikirkan kak Rendi saja membuat sebagian pikiranku telah terporsir apalagi ditambah lagi dengan ide gila seperti ini. Bisa-bisa sebagian rambutku bisa rontok sebelum waktunya. Indonesiaku, kapankah engkau berjaya. Sungguh membahagiakan jika suatu saat namamu harum di seluruh penjuru dunia. Negara yang makmur, sejahtera, dan masyarakat yang berilmu namun tetap bersahaja sehingga kedamaian itu tumbuh di masing-masing hati kita.



Merah putih selalu berkibar  di dadaku.

Kutancapkan Rasa cinta tanah air di sudut lobus hatiku yang terbesar.

Setiap ilmu yang kudapat hari ini akan aku gunakan untuk kepentingan Indonesiaku.

Indonesia, tanah airku, tempat terindah dimana aku dilahirkan, dibesarkan hingga tumbuh menjadi insan dunia yang terpuji.

Bhineka tunggal ika yang mengajarkanku akan kesatuan dari beragam perbedaan yang ada.

Burung garuda yang mengajarkan akan keberanian hidup dalam menjalani berbagai tantangan.

Dan Pancasila sebagai falsafah hidup petunjuk arah kaki melangkah, pembereri inspirasi setiap mulut berbicara, pelurus jalan di saat hati berdusta, dan menjadi  pemersatu disaat jiwa mulai berpecah.

Kekeluargaan, persahabatan, Kasih sayang aku peroleh dari Indonesiaku.

Sehingga pada akhirnya aku juga ingin memberikan kekeluargaan, persahabatan, dan kekeluargaan itu kepada Indonesiaku.

Merah putih berkirbarlah kau selalu.

Tetaplah suci dibalik keberanianmu.

Dan aku di sini bersama anak bangsa akan selalu menjadikanmu the number one over the world.





Nisa: “Cinta ini untukm u, Indonesia Tanah airku”.



*****

Besoknya di RSMH.



                Siang ini ada yang berbeda dengan Palembang. Cuaca panas yang sangat membakar kulit terasa begitu berbeda dengan turunnya hujan dari radi terus saja mengguyuri bunga-bunga yang hampir layu, rumput yang hampir mati, dan gedung-gedung yang terlihat kumal ditutupi debu-debu yang telah berlapis. Dinginnya siang itu membuat banyak orang malas untuk beraktivitas dan lebih memilih dalam suatu ruangan dengan berusaha mencari kehangatan. Namun, tidak untuk dua orang perempuan yang sedari tadi duduk menatapi hujan, merasakan aroma tetesan hujan yang membasahi tanah. Setiap tetesan hujan merupakan anugerah yang luar biasa diberikan Tuhan pada mahluknya. Dan hari ini dua perempuan itu sepertinya juga ingin menikmati anugerah Tuhan tersebut.

“Kak Dila, dari tadi aku lihat air mata kakak terus jatuh berlinang seperti hujan yang terus turun membasahi tanah ini. Apa kakak baik saja?” Nisa mencoba memulai pembicaraan. Sudah satu jam dia duduk di tempat yang sama dan melihat kejadian yang mengharukan dalam suasana hujan seperti ini, sungguh keterlaluan jika tak ada kata-kata ataupun beberapa pertanyaan yang begitu mengganjal apalagi Kak Dila merupakan Seniornya di perkuliahan dan bersal dari daerah yang sama.



“Aku hanya ingin menikmati hujan ini. Berusaha tak ingin meratapi takdir yang begitu saja datang menghampiri tanpa bertanya apakah aku akan terluka?tanpa pernah berpikir apakah aku ada kekuatan untuk menerimanya”, Kak Dila kemudian melontarkan beberapa kata dan menatap perempuan yang sebenarnya sudah ia sadari kehadirannya, hanya saja hati itu masih terlalu beku untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain.

“Kakak, takdir itu tak punya mata untuk melihat, tak punya telinga untuk mendengar, tak punya pikiran untuk berpikir, dan tak punya hati untuk merasakan. Dia hanya tahu apa yang diperintahkan itulah yang akan dikerjakan. Hanya Tuhan yang dapat memberi perintah kepada takdir kak, hanya Tuhan pula yang tahu setiap alasan dia mengutus takdir itu untuk bekerja”, sungguh luar biasa kata-kata yang Nisa ucapkan membuat Dila sedikit menyesali ratapan sia-sia yang telah ia perbuat.

“Nisa, aku mencintainya, saat itu dia datang kepadaku dan mengakhiri hubungan indah itu. Namun, hingga detik ini dia tidak berhasil mematikan rasa ini, dan Takdir dengan mudahnya telah berhasil membuat semua ini memang harus berakhir. Apakah ada kebahagiaan dalam kehidupan setelah kematian?” Dila seakan ingin berbagi rasa dengan juniornya sejak bangku SD itu. Tak terasa lima belas tahun mereka berada dalam lingkungan yang sama.

“Jelas ada bagia semua insan yang selalu melakukan kebenaran sesuai perintahNya, setiap kelahiran akan berujung pada kematian kak. Bukankah daun muda akan menjadi kering dan kemudian gugur,  begitu pula dengan kita, semua mempunyai waktu masing-masing. Tak tahu kapan masa itu datang kepada kita kak”, Nisa memang selalu bersimpati pada orang-orang yang sedang berada dalam masa kesedihan.

“Terimakasih Nisa, kamu sendiri kenapa bisa ada di sini? Tidak ada kuliah?”

“Sudah selesai kak, sama seperti kakak, aku hanya ingin menikmati hujan di sini”, Nisa tersenyum seolah memberikan tanda bahwa dia benar-benar menikmati hujan hari ini.

“Mungkin sudah ditakdirkan kamu menemani saya hari ini di sini, dasar Nisa aneh banget kamu.”

“Dan kakak juga”, mereka berdua kemudian tersenyum di depan hujan yang terus memberikan kesejukan untuk kota Palembang siang itu.



Tak beberapa lama kemudian Hp Dilla befrbunyi.

“Baiklah aku akan segera ke sana”, Dila mematikan Hp nya. “Nisa, aku harus segera ke IGD, ada pasien emergency luka tusuk, langsung pulang, jangan sendirian lama-lama di sini”, Dila kemudian dengan sigap menuju ruang IGD.

Pasien luka tusuk??? Apa saatnya aku kembali beraksi??Kesempatan emas seperti ini tidak boleh dilewatkan. Aku juga mau melihat pasien itu.

“Pasien luka tusuk daerah abdomen kiri bawah, Kesadaran pasien menurun. Terjadi perdarahan yang begitu banyak dan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari teman yang mengantarkannya insiden terjadi satu jam yang lalu. Periksa vital sign, Segera lakukan resusitasi cairan RL, Rani, kamu hubungi dokter bagian bedah bahwa ada pasien emergensi  luka tusuk abdomen kiri bawah yang perlu dioperasi segera dan Koas, Kalian bersihkan luka tersebut dan menurut pendapat kalian kira-kira ogran apa yang terkena pada pasien ini?” dr.Sari menjelaskan secara rinci peristiwa yang terjadi. Dia merupakan  Senior terlama di stase emergensi rumah sakit ini. Hal semacam ini, sudah berkali-kali ia tangani. Suatu yang istemewa bisa mendapatkan ilmu dari beliau.

“Dokter  tekanan darah 70/60 mmhg, Heart rate  140, takikardia. RR 27, takipneu. Kemungkinan organ yang terkena merupak kolon descendens dengan luka robek yang cukup besar dilihat dari perdarahan yang terjadi”, Dila menjawab pertanyaan dr.Sari.

“Dok, dengan kondisi  perdarahan sebanayk dan selama ini, apakah perlukan dilakukan tranfusi darah sebelumnya apalagi operasi ini diperkirakan akan membuat pasien kehilangan lebih banyak darah”, Rifki memberikan komentar terhadap kondisi pasien ini.

“Tidak perlu, pemberian RL sudah cukup, berikan hingga vital sign membaik dan baru kita bawa ke ruang operasi.  sekaranng sebelum dokter bedah datang, kalian persiapkan kondisi pasien, lakukan sesuai prosedur. dan formulir inform conmsent yang akan diisi, Rifki, kamu periksa golongan darah pasien karena akan diperlukan tambahan darah untuk operasi nanti”, dr.Sari kembali memberikan instruksi.

“Baik dok, para koas langsung mengerjakan tugas mereka masing-masing.

“Dokter, apa teman saya akan baik-baik saja?”, laki-laki yang mengantar pasien tersebut mulai membuka suaranya setelah ia mendengarkan diskusi antara Koas dan dr.Sari tadi. Kecemasan terlihat jelas di wajahnya.

“. Dicurigai luka tusuk ini menyebabkan robeknya usus besar sehinggga menimbulkan perdarahan sebanyak ini. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan tindakan operasi untuk menjahit robekan tersebut dan menyetop perdarahan serta memerika apa ada kerusakan organ lain yang terjadi akibat luka tusuk itu. Kamu tenang saja, dokter bedah di rumah sakit ini akan menyelamatkanmu. Berikan kepercayaan seluruhnya kepada kami. Berdasarkan data yang ada sekitar 98% operasi ini akan berjalan lancar. Sebelumnya kami akan memberikan tranfusi darah terlebih dahulu kepada mas. Dan setelah dokter bedah menemui mas dan memberikan penjelasan, diharapkan mendatanagni formulir inform consent  terlebih dahulu”, dr.Sari memberi keyakinan kepada pasien tersebut.

“Dokter, golongan darah pasien AB (+) dan PMI tidak memiliki nya. Apa yang harus dilakukan berikutnya?”, Rifki memberikan kondisi darurat itu setelah baru saja menghubungi PMI

“Bili, maafkan aku, seandainya saja aku tadi bisa mencegah Ian melakukan ini, dia benar-benar sudah gila. Aku tadi sudah menghubungi ayahmu, tetapi mbak Lina yang mengangkat, sepertinya ayahmu sedang ada rapat. Aku audah menitip pesan kepada mbak lina”, Laki-laki itu begitu menyesali terhadap apa yang terjadi hari ini.

“Siapa yang bergolongan darah AB segera donorkan darahnya, kirim memo ke seluruh stase rumah sakit, segera”, dr.Sari kembali memberikan instruksi. Dan Rifki kemudian langsung menjalankan tugasnya.

Tak beberapa lama  kemudian, dr.Santoso, residen bagian bedah  datang ke ruang emergensi utntuk memastikan kondisi pasien dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan menjelang operasi dumulai.

“Baiklah Billy Haryanto Putra, operasi ini akan dipimpin oleh dr.Dimas spesialis bedah digestif, beliau sudah lebih dari seratus kali melakukan operasi ini jadi anda tidak perlu khawatir. Diperkirakan waktu operasi akan berlangsung selama dua jam dan 98% kemungkinan akan berjalan lancar, Pisau ini nantinya akan kami cabut terlebih dahulu kemudian kami melakukan pembedahan membuka perut kiri anda, kemungkinan besar kita hanya akan menjahit beberapa luka, namun kita tidak bisa mendiagnosis pasti sebelum melihatnya secara langsung. Wa,aupun kesadaran anda belum turun sepenuhnya, namun pembedahan ini tetap harus dilakukan untuk memastikan.  Sumber Perdarahan harus segera ditutup. Oleh sebab itu, berdasarkan prosedur yang berlaku, Billy harus menandatangani formulir pernyataan bersedia dioperasi ini terlebih dahulu”, dr.Santoso menjelaskan beberapa prosedur yang akan dilaksanakan dan kemudian dengan sekuat tenaga Billy pun menandatangani formulir tersebut.

“Dokter Tekanan darah  pasien 90/60 mmhg, HR 125, semua sudah mulai kembali membaik”, Dila segera memberikan keterangan setelah beberapa menit diberikan infus ringer laktat.

“Oke, pasien bisa segera dibawa ke ruang operasi. Siapkan tiga unit darah, setidaknya satu unit harus ada”, dr.Santoso memberikan instruksi.

Billy pun segera dibawa menuju ruang operasi.

“Dokter, tidak ada respon terhadap memo itu, saya juga sudah mencari-cari di stase anak, penyakit dalam, dan saya juga mengajak beberapa teman untuk mencari AB (+)”, Rifki tampak berusaha sekali melakukan yang terbaik.



“AB (+),  Aku AB (+), aku bisa memberikan darahku padanya, segera lakukan donor darah”, Nisa yang sedari  tadi ternyata melihat kejadian itu langsung memberanikan diri bersuara.

“Nisa? Kamu sejak kapan ada di sini”, Dila tampak kaget sekali atas kehadiran Nisa.

“Sudah dari tadi aku berdiri di sini, hanya kalian saja terlalu sibuk dan tidak memperhatikan aku. Bukankah pasien tadi membutuhkan darah AB (+), aku bisa memberikannya, jadi jangan salahkan kenapa aku ada di sini”, Nisa berusaha membela diri.

“Segera ambil darah anak ini dan kirim ke ruang operasi, setelah itu kamu harap datang menghadap saya”, dr.sari lagi-lagi memberikan instruksi.



Ya Allah, ini pertama kalinya aku melakukan donor darah. Tolong selamatkan pasien itu. Sungguh aku mendapat banyak  pelajaran hari ini darinya.

Tepat di ruang operasi.

“Dokter, tolong selamatkan aku, aku ingin hidup lebih baik lagi”, Billy tampak lemah memelas kepada dokter yang akan mengoperasinya.



“Kami akan berusaha mewujudkan impianmu, sekarang waktunya kamu untuk tidur sejenak dan setelah itu semua akan membaik”, dr.Dimas berusaha meyakinkan Billy.



*****



Keeokan harinya di kampus fakultas kedokteran UNSRI.

Haduh, kenapa siang ini panas kembali, kemarin sudah bagus turun hujan, capek sekali, tiga IT dan satu tutorial telah membuatku kenyang, aduh...capeknya...

“Cinta, kapan jadwal belajar bareng lagi, tiga minggu lagi ujian. Ayola, blok terakhir semester ini harus semangat”, Via bertanya kepada Nisa dengan serius.

“Hari ini aja yuk Nis, jam 3 ampe jam 5, gimana?” Dini menambahkan argumen.

“Waduh, aku gak bisa hari ini, mau jenguk pasien pertama yang tidak sengaja aku tolong. Pertama kalinya aku seperti memberikan kehidupan baru bagi seseorang. Kuberikan darah ini mengalir di tubuhnya”, Nisa mengeluarkan kata-kata puitisnya.

“Emang menolong siapa”, Yoga bertanya dengan curiga.

“Iya, Nisa banyak baget sih rahasia nya”. Icut seolah setuju dengan kecurigaaqn Yoga.

“Justru itu sayang aku mau jenguk, aku mau tahu siapa sosok yang telah aku tolong itu, siapa yang telah menerima darahku untuk pertama kalinya. Gini, kemarin aku donor darah untuk pasien luka tusuk”, Nisa mulai menjelaskan kebenarannya.

“Pasien luka tusuk apa? Kok gak cerita kemarin”, Dini semakin penasaran.

“Ntar malam aku cerita ya kasih, aku pergi dulu ya”, Nisa pun meninggalkan teman-temannya dan segera menuju rumah sakit.



Di Ruangan itu hanya ada seorang dia dan tidak terlihat keluarga yang menjenguk ataupun temannya yang kemarin mengantarnya. Apa dia benar-benar sendiri yang ku pikirkan. Apa yang dia pikirkan. Sebenarnya apa yang terjadi hari itu sehingga dia begitu naas mendapatkan musibah luka tusuk.



“Hei, boleh aku masuk. Aku Nisa, apa kau mengenal namaku?”, Nisa begitu yakin pastilah dokter sudah menyebutkan kalau dia satu-satunya bergolongan darah AB (+) saat itu dan secara tidak langsung merupakan salah satu penyelamat kehidupannya.

“Masuk saja, apa kau sendiri? Tidak membawa buah atau makanan kah? Begitu mahalkah buah?”, Billy mempersilahkan Nisa masuk.

“Buah, ehhh, maaf, aku tidak sempat membelinya”, Nisa merasa sedikit kesal. Sudah di beri donor darah, tidak terima kasih malah minta buah padahal ada begitu banyak makanan dan buah-buahan di kamar itu ditambah tiga buket bunga.

“Tak ada seorangpun yang menjengukku hari ini kecuali dokter dan perawat. Mereka hanya mengantarnya, termasuk ayah”, laki-laki itu terlihat sedih sekali.

“Benarkah? Waww, berarti aku orang pertama dong. Bagaimana dengan temanmu yang kemarin mengantarmu?” Nisa seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya.

“Ya, kamu yang pertama, Gery maksudmu? Dia segera pergi pulang setelah tahu operasiku berjalan lancar. Kalau kau tak bawa buah, kau bisa mengambil yang ada di sini. Ini terlalu banyak untuk sendiri.”, Billy memang benar-benar sendiri.

“Apa aku boleh tahu kenapa kau bisa mengalami luka tusuk, aku mendengar nama Ian dari mulut temanmu kemarin. Permainan laki-laki zaman sekarang sungguh kejam. Kalau ayah mu gak datang, masak ibumu juga nggak? Apa kamu gak punya keluarga”? Nisa semakin penasaran dan ingin mengetahui sedikit tentang laki-laki itu.

“Kenapa kamu jadi banyak bicara? Kamu keluar saja, kamu juga tidak berhak untuk bertanya”

“Apa, kamu benar-benar tidak bisa berte...”

“Jangan langsung dihabiskan, sepertinya itu terlalu banyak untukmu”, Billy langsung memotong pembicaraan. Nisa sangat tidak mengerti apa yang dimaksud Billy, tapi dia tidak perduli lagi dan segera meninggalkan ruangan itu.



Dasar manusia tidak tahu terima kasih. Sejarah donor darah pertamaku sedikit ternoda oleh kesombongan laki-laki itu.

 Kamis yang begitu cerah, Gak ada jadwal kuliah dan saat ini emang waktu yang sangat tepat untuk merelaksasikan pikiran.

Cut, kenapa tangan kiriku gatal sekali ya, ada-ada saja ini, kita Cuma mau beli sepatu kan? Aku mau liat novel-novel baru”, Nisa memastikan jadwal hari ini.

“Eh yang benar Nis, menurut mitos, telapak tangan kiri gatal pertanda bakal dapat uang banyak, kalau tangan kanan bakal ngeluarin uang banyak, okeoke Cuma beli sepatu aja kok”, Icut menerangkan mitosnya sambil tertawa.

“Iya, dapat uang dari ATM, tunggu bentar ya cut, ngambil uang dulu”, Nisa kemudian menuju ATM dan untuk mengambil uang.

Tiba-tiba saja tubuh Nisa gemetar dan keringat dingin mengalir di tubuhnya.

“Cut, lihat ini, saldoku cut, Seratus juta cut....Ini  mimpi kali ya, gak mungkin papa ngirim uang sebanyak ini...”, Nisa begitu kaget dengan apa yang baru dilihatnya itu.

“Nisa, ini bukan mimpi...Tu kan benar kamu bakal banyak dapat uang, tapi kok bisa ya nisa??”, Icut  sama kagetnya dengan kejadian tak disangka itu.

Seratus Juta, Nominal yang sangat besar, kenapa aku bisa mendapatkannya, lagipula gak ada yang tahu no rekening tabungan ini selain aku. Ini kan tabunganku sendiri dan bukan Atm milik papa, kenapa bisa. Gak mungkin ada orang yang begitu ceroboh transfer uang sebanyak ini. Ya Allah, cobaan apa ini????

“Nisa, Impianmu, Biola, kapal pesiar, semakin dekat Nisa”, Icut tampak bahagia sekali.

“Gak cut, ini gak halal sebelum kita tahu sumbernya dari mana, apa kita perlu klarifikasi ke Bank?”, Nisa kemudian menemukan ide cemerlang.

“Jelas ini rezeki kamu Nisa, ngapain ke Bank? Tapi benar juga lebih baik gak jadi kaya daripada punya uang haram”, Icut menyetujui ide Nisa.

“Tepat sekali cut, jangan pernah gunakan uang haram.





Nisa....Nisa...Mimpi apa kamu semalam, semoga gak terjadi apa-apa setelah ini, tetapi kenapa perasaan ku gak enak gini, apa mitos itu benar-benar nyata, Icut bergumam dalam hati.

“Ada yang bisa saya bantu mbak”, petugas Bank menyapa dengan khasnya.

“Iya mbak, bisa gak kita mengecek siapa saja yang sudah mentransfer uang ke rekening kita? Ini penting banget mbak”, Nisa bertanya kepada petugas Bank itu.

“O, baiklah mbak, saya akan cek terlebih dahulu dan harap tunggu sebentar”.

Kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini. Ya Allah, tenangkanlah aku dan jauhkanlah aku dari segala bahaya yang ada.

“Baiklah mbak, pada tanggal 1 Desember 2010 terjadi transaksi transfer uang sebesar seratus juta rupiah a/n Billy Haryanto. Ada lagi yang bisa saya bantu mbak?”, petugas Bank iu menjelaskan dengan rinci.

“Tidak mbak, terima kasih”, Nisa kemudian berjalan dengan lunglai.

“Nisa, siapa Billy? Apa kamu kenal orang itu”, Icut mulai tampak resah. Tak pernah ia mendengar sekalipun Nisa menyebutkan nama Billy.

“Iya, dia orang yang aku beri donor darah cut, aku sekarang harus bagaimana”, Nisa tampak begitu lelah dan bingung sekali.

“Nisa, aku mengerti apa yang kau rasakan, aku percaya dan selalu berada di sampingmu apapun keputusan yang akan di ambil”, Icut berusaha meyakinkan Nisa yang telah meneteskan air matanya.

“Kenapa kamu jadi banyak bicara? Kamu keluar saja, kamu juga tidak berhak untuk bertanya”

“Apa, kamu benar-benar tidak bisa berte...”

“Jangan langsung dihabiskan, sepertinya itu terlalu banyak untukmu”, Billy langsung memotong pembicaraan. Nisa sangat tidak mengerti apa yang dimaksud Billy, tapi dia tidak perduli lagi dan segera meninggalkan ruangan itu.

Percakapan itu kembali membayangi benaknya.  Kemanusiaan itu, Kesombongan itu, dan seratus juta itu. Tiga hal ini membuat Nisa yakin dengan keputusan yang akan diambilnya.



“Icut, apa benar akan selalu menemaniku?”, Nisa kemudian bertanya setelah lama bungkam.

“Iya, aku akan selalu menemanimu”, Icut kembali meyakinkan Nisa.



Kemudian dengan penuh keyakinan Nisa memutarkan arah perjalanan kembali ke rumah sakit dan sepertinya Icut juga mulai mengerti dengan apa yang akan mereka segera hadapi.  Uang memang merupakan suatu kekuatan yang tak bisa digantikan pada masa sekarang, tetapi apakan kemanusiaan itu harus dibeli dengan uang. Tak pernah tertulis dalam pancasilaku kaliamt seperti itu. Sila kedua belum berubah ‘Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Mereka pun memasuki ruangan yang sebelumnya pernah dimasuki Nisa dengan kejadian yang sedikit tidak mengenakkan. Laki-laki itu tidak sendiri melainkan ditemani Gery, temannya saat itu.



“Terima kasih untuk uangnya, seratus juta sangat besar untukku dan ini sangat menggodaku. Dengan seratus juta aku bisa mewujudkan beberapa impian yang sudah direncanakan. Oleh sebab itu aku berterima kasih sekali kepadamu hari ini. Akan tetapi, selain ingin mengucapkan terima kasih, aku ingin mengajarkanmu satu hal bahwa kemanusiaanku bukan untuk dijual pada siapapun dan dibeli oleh siapapun. Aku meberikan darahku dan membiarkannya mengalir di tubuhmu karena rasa sayangku antar sesama, karena hatiku tergerak untuk bisa menolong orang yang membutuhkan. Rasa kemanusiaan kasih sayang itu yang telah ditanam mamaku sejak aku dilahirkan, bukan rasa benci dan sombong. Hari ini, aku kembalikan uang seratus jutamu. Lebih baik kau sumbangkan seratus juta itu  pada orang yang lebih membutuhkan sebagai wujud syukur atas berhasilnya operasimu”, lega sekali rasanya setelah aku mengucapkan semua itu.



Suasana hening dan tak ada kata untuk beberapa saat. Terlihat wajah Billy begitu merah menunjukkan betapa marahnya dia saat itu merasa seperti dipermalukan di depan umum.



“Billy, ini sebenarnya ada apa, kok dua perempuan tak dikenal datang dan membuat keributan”, Gery tampak kebingungan.

“Apa?, membuat keributan?? Temanmu itu yang membuat kacau, gak ngucapin terima kasih malah merendahkan rasa kemanusiaan”, Icut seolah berusaha membela Nisa.

“Ada apa siy ini Bil”, Gery tambah bingung dengan apa yang telah terjadi.

“Biasalah, mereka ini sok suci, bingung dengan uang seratus juta mau mereka apakan. Dikasiy uang malah ditolak, munafik banget siy, ambil ger uangnya, kita bisa have fun setelah aku sembuh nanti”, Billy memberikan statement yang begitu menyakitkan Nisa.



Kata-kata itu menancap begitu dalam dan membuat hati itu terasa sakit sekali. Spertinya tidak ada hal selain uang dan foya-foya di mata laki-laki itu. Air mata Nisa kembali jatuh. Rasa sakit itu tak dapat ditahannya lagi dan ia pun segera berlari meninggalkan ruangan.



“Kalian berdua, ge that brok that akai, laknat Allah kah”, Icut melontarkan beberapa kata makian dalam bahasa Aceh dan segera meninggalkan ruangan itu menyusul Nisa.

Smentara dua laki-laki yang ditinggalkan tampak kebingungan mendengar perkataan itu.

“Dasar sinting”, kemudian gery berceloteh.

“Diamlah Gerry, kepalaku pusing sekali, mau tidur saja rasanya”, Billy langsung memejamkan matanya.



Apa aku salah bicara? Apa aku telah salah menilai perempuan itu? Gtapi selama ini semua orang begitu menyukai uangku, sudahlah kepalaku makin pusing memikirkannya. Billy bergumam dalam hati.



Matahari, kau bersinar teang sekali hari ini.

Matahari, artimu begitu besar bagi alam semesta.

Matahari, aku ingin juga sepertimu yang selalu memancarkan cahaya penerang dikala siang dan memantulkan sinar bulan saat malam.

Matahari, aku ingin selau menjadi anak baik dan memberikan bantuan kepadanya.

Matahari, kenapa kemanusiaanku tak dihargai seperti ini.

Matahari, hatiku seakan disayat saat dia bilang aku sok suci.

Matahari, kau harus percaya bahwa aku ikhlas memberikan darahku padanya.

Matahari, aku  tidak boleh jatuh dalam jurang ini.

Aku harus terus tetap bersinar dan bahagia dalam menjalani kehidupan ini meski apapun yang akan terjadi.

Matahari, berilah selalu senyumanmu yang indah itu untukku.

Agar aku bisa kembali tersenyum menyapa hari seperti kau yang selalu tersenyum cerah menyambut hari.



10 Desember 2010

Nia Yashifa Khoirunnisa





“Nisa, apa kamu baik-baik saja? Apa sekarang jarang tidur?”, Icut melontarkan beberapa pertanyaan saat mereka berangkat kuliah bareng dan setelah kejadian mengerikan itu Nisa jarang sekali berbicara apalagi berbicara dengan mereka dan sejak hari itu waktu telah berjalan selama dua minggu.

“Iya, aku baik”.

“Nisa, Kak Rendi gimana? Ada kabar dari dia? Kamu selau semangat jika bertemu dia. Apa kita cari kabar tentang kak Rendi , gimana?” Dini tampak cemas sekali apalagi seminggu lagi mereka akan ujian.

“Gak ada kabar din”, Nisa hanya menjawab seadanya.



Malam harinya.....

Nisa membuka Hpnya

“Tyas, boleh aku menangis sebentar saja lima menit. Kau cukup mendengarkannya”, Nisa menyapa seseorang di seberang sana.

“Silahkan saja kalau itu bisa membuatmu senang, tapi ada apa Nisa?”, Tyas terdengar sedikit bingung dengan sikap Nisa yang aneh.

Setelah itu hanya terdengar tangisan Nisa dan lima menit kemudian benar komunikasi itupun putus.









My diary.



Malam  ini hujan turun dan di langit tiada sinar.

Mengingatkanku  pada masa lalu yang kembali namun kembali terasa pudar.

Mengapa hati ini belum juga bisa tegar?

Masih saja ketika mengingat namanya jantung ini berdebar.



My diary.



Salahkah aku untuk selalu mengharapkannya?

Salahkah aku selau tergingat wajahnya?

Salahkah aku selalu memperhatikan dan merindukannya?



My diary.



Aku telah kehilangan dirinya dan baru kusadari betapa aku merindukannya.

Sekuat apapun aku melupakan, tetapi hati ini tak bisa menahan rasa cintanya.



My diary.



Seorang wanita seperti ku tidaklah pantas untuk mengumbar cintanya.

Seorang wanita sepertiku sudah seharusnya hanya diam menanti masa.

Seorang wanita sepertiku harus selalu menjadi yang terbaik di hadapan keluarga, sahabat, dan cintanya.

Seorang wanita sepertiku cukuplah menulis apa yang ia rasakan dan simpan untuk dirinya saja.

Seorang wanita sepertiku tidak boleh menangis karena seorang wanita sepertiku,

wanita hebat yang selalu kembali bangun ketika dia terjatuh,

karena seorang wanita sepertiku adalah wanita hebat yang siap hidup untuk hidupnya.

Karena seorang wanita sepertiku adalah Wanita hebat yang selalu melihat ke depan dengan kegagahan seorang wanita.

Sehingga wanita hebat sepertiku tidak akan kalah hanya karena cinta gila dihatinya.

My diary.



Apa yang telah aku lakukan?

Aku mengingkari ikrar ku sebagai seorang wanita hebat.

Kenapa aku saat ini menyerah?

Aku telah mendaki begitu tinggi hingga saat ini.

Haruskah aku turun kembali hanya untuk menikmati hati yang membara.

Aku telah pergi jauh tanpa meniggalkan jejak dibelakangku.

Namun jika mau bisa saja aku kembali, haruskah aku melakukan itu?

Aku telah mengorbankan begitu banyak air mata unTUK mencapai titik ini.

Haruskah air mata itu menjadi sia-sia dan mengalir begitu saja membentuk lautan merah yang seharusnya jernih tak bernoda.



My diary.



Aku ingin menjadi wanita hebat .



Aku ingin menjadi wanita hebat.........



17 Desember 2010



Nia Yashifa Khoirunnisa



*******



“Gimana ujian tadi cinta, bisa gak?” Nisa segera menuju ke arah teman-temannya setelah selesai melaksanakan ujian blok terakhirnya di semester ini.

“Kamu udah bisa tersenyum lagi cinta?”, Via membalas pernyataan Nisa tadi.

“Iya la, apalagi setelah ini kita akan liburan dan tidak bertemu selama satu bulan, pasti aku akan sangat merindukan kalian”, Nisa seperti menyesali tidak memanfaatkan minggu-minggu terakhir mereka bisa bersama.

“Payah kamu, udah mau pulang baru sembuh. Kapan kamu pulang?”, Bulan menyindir Nisa secara halus.

“Ntar malam, biasalah naek travel. Jangan marah dong sayang, nyok kita mainaja sekarang sebelum pulang”, Nisa kembali merayu Teman-temannya.

Sepertinya hari ini begitu cerah dan Palembang bersuhu 28C mungkin. Kebersamaan ini akan kita rasakan kembali satu bulan kemudian. Tak tahu apa yang akan terjadi di liburan kita. Satu hal, aku ingin sekali melihat Kak Rendi dan melihat Children Fun City rancangan kami berdua



Dewa angin, apakah kau benar-benar ada??

            Inilah hari terakhir aku di palembang di tahun 2010 karena aku akan kembali ke kota ini tahun depan. Semoga di tahun depan hidupku lebih baik lagi dari saat ini. Kulupakan semua kenangan buruk yang terjadi akhir-akhir ini. Aku nikamati indahnya kota Palembang malam ini. Enam jam lagi aku akan tiba di rumah. Aku kangen sekali dengan kamar dan boneka-bonekaku. Rindu pada mama, papa, dan tetangga sebelah sepupuku, Ayu. Satu nama lagi yang sangat aku frindukan, yaitu Kak Rendi.Sambil menunggu waktu yang terus berjalan, aku membuka facebook dan melihat perkembangan informasi antarteman.



Hani Anindita Kangen Jambi, huhuhu...

            Coment

Nissa Yashifa: Han, Kamu kapan pulang sayang?

Hani Anindita: Sebulan lagi Nis, Kamu dimana sekarang

Nisa yashifa: Niy lagi di travel mau pulang..Gila, sebualan lagi aku udah kuliah lagi jeng..

Hani Anindita: Iya jeng, wahh, gak klop niy jadwalnya neng..

Nisa Yashifa: hahahaha, iya jeng....

Semoga liburan kali ini menyenangkan Tuhan...



Album Kenangan

Photo

Dilla Putri



Kak Dila, penasaran sekali dan aku pun membuka foto-foto itu.  Keringat dingin kembali membasahi tubuhku. Mata ini rasanya mulai berkunang-kunang, jantung ini kembali berdetak kencang. Aku buka satu-persatu foto itu. Aku berusaha meyakinkan diri dengan apa yang aku lihat dan pikiranku kembali melambung dengan kejadian saat menikmati hujan itu bersama kak Dila.



“Nisa, aku mencintainya, saat itu dia datang kepadaku dan mengakhiri hubungan indah itu. Namun, hingga detik ini dia tidak berhasil mematikan rasa ini, dan Takdir dengan mudahnya telah berhasil membuat semua ini memang harus berakhir. Apakah ada kebahagiaan dalam kehidupan setelah kematian?”



Ya Allah, ini foto kak Dila bersama Kak Dila semua, Kehidupan setelah kematiann???Ya Allah, Kak Rendi...Nggak mungkin, aku gak akan percaya sebelum melihatnya langsung.

Air mata Nisa kembali jatuh dan seera ia pejamkan mata seolah tak ingin memikirkan  hal ini.

Sepanjang perjalanan Nisa terus memikirkan hal yang paling ia takuti terjadi. Terusa saja dalam hatinya berdoa agar selalu diberikan yang terbaik. Jika hal itu memang terjadi berharap kekuatan menghampirinya. Dan tibalah saat itu, saat travel yang ia tumpangi melewati sebuah rumah yang sangat dikenalnya, yang masih tersimpan kuat di memorinya.

Ya Allah, berbagai karangan bunga itu, Ya Allah, tolong kuatkan aku, Innalillahiwainnailaihirojiun. Nisa dengan skuat tenaga mengucapkan kalimat itu. Segera dihapusnya air mata itu. Tak ingin aku tunjukkan kesedihan ini kepada mama dan papa.

Akhirnya tepat pukul dua pagi aku tiba di rumah kediamanku. Tempat dimana didalamnya ada dua orang yang paling aku cintai di dunia ini. Tempat dimana berbagai kebahagiaan ada di dalamnya. Aku selalu menyambut tempat ini dengan suka cita, tetapi tidak untuk saat ini, ada sesuatu yang menyesakkan hati yang berusaha aku tahan sebisa mungkin.



“Kutewa, kamu pulang. Kutew anak mama pulang, capek nak?? Sudah makan belum?? Mama buat sop tulang, sudah dihangatkan untuk kamu”, mama dengan bahagia menyambut kedatanganku.

“Iya ma, capekk sekali, rasanya mau dipijit saja sama mama malam ini, wahhh, sop tulang, mau mau mau ma... ayo kita makan dulu”, Aku berusaha sebisa mungkin untuk tetap bisa terlihat bahagia.

“Papa, lihat komedo Nisa sudah agak berkurang kan??”, aku berusaha tetap menjadi Nisa yang biasa.

“Iya kutew, pake apa kutew bisa hilang”, papa mulai genit menggodaku.

“Ya, pake krim dong pa, udah makan belum pa?”

“Gak usah kamu ajak papamu makan lagi. Dari tadi dia makan terus ntar malah sakit”, mama seperti biasa senang sekali menyindir papa.

“O, jadi kalau anak pulang ngajak berantem ya??” papa balas menyindir.

Hahaha, ada-ada saja orang tuaku ini, aku bahagia sekali karena mereka selalu memberikan kebahagiaan seperti ini kepadaku.



Malam itu, sebelum tidur mama memijitku, begitu nyaman dan hangat sekali. Rasanya begitu sia-sia jika harus aku teteskan air mata ini di hadapannya. Dengan sentuhan halus mama, akhirnya aku bisa tertidur dan melupakan apa yang baru ketahui.



*****



Kesokan Paginya aku ingin memastikan kebenaran yang terjadi.  Aku segera menuju ke rumah penuh memori itu. Aku telah siap untuk menghadapi berbagai kenyataan yang akan aku hadapi.



“Assalamu’alaikum”, aku mengetuk pintu rumah itu.

“Wa’alaikum salam”, seorang wanita tua membuka pintu rumah itu. “Nisa”, nenek langsung memelukku. Tak kusangka nenek masih mengingatku dengan jelas.

“Nenek”, terlihat air mata membasahi wajah nenek.

“Nisa,... Mamann...Maman ku sudah pergi.  Dia meninggalkan aku si tua ini”, nenek tampak sedih sekali dan begitu kesepian.

“Nenek, sebenarnya apa yang terjadi? Kak Rendi kenapa? Apa nenek sendirian lagi di rumah?” Nisa kembali bertanya kepada nenek.

“Nisa, Maman cucu yang paling setia menemaniku, semua sibuk bekerja kecuali maman, Cuma maman temanku dan diA meninggalkanku. Maman meninggalkanku tanpa mengatakan apapun. Pagi itu saat aku mau minta dibelikan buah dia sudah tak bisa bangun dan terbaring begitu saja. Ini semua salah nenek, malamnya nenek memarahi Maman karena tak pernah menyampaikan pesan nenek rindu sekali padamu”, nenek menjelsakan yang terjadi.

“Nenekk....Nisa juga rindu sekali sama nenek..Nenek, seandainya Nisa bisa bertemu Kak Rendi...”, Nisa turut hanyut dalam kesedihan nenek.

Tak ada kata-kata selama sekitar setengah jam. Berdua menangis karena telah ditinggalkan orang terkasih yang sangat mereka cintai.

“Nisa, Maman punya sebuah buku yang selau ia jaga, aku rasa buku pribadinya. Apa kau percaya pada pesan terakhir orang yang meninggal”?

“Dimana bukunya nek, apa sudah pernah nenek baca”? Nisa tertarik sekali dengan cerita nenek.

“Belum Nisa, nenek takut mengetahuinya, kamu saja yang membaca, tunggu nenek ambil dulu”, nenek kemudian meninggalkan Nisa dan menuju sebuah kamar. Tak beberapa lama kemudian nenek keluar dan memberikan buku kepada Nissa.



Hari ini nenek sakit, aku kira hal buruk akan terjadi padanya. Ternyata dia hanya konstipasi biasa. Tuhan, hampir saja aku membuat mama sedih...Nia, wanita bodoh itu yang menyelamatkan nenek. Terima kasih sekali kepadanya. Besok aku harus menyelesaikan proposal proyek ini dan segera menyampaikan kepada Pemilik saham. Semoga Dila segera melupakanku

18 September 2010

Rendi Mubarok Alfarisi



Hari ini Pak Haryanto tidak menerima proposalku, beliau memintaku untuk mengulangnya dan kembali membuat presentasi satu minggu lagi. Aku kembali bertemu lima puluh, dia bercerita tentang dewa angin dan entah kenapa aku mempercayainya. Aku menceritakan akan impianku dan dia begitu mengapresiasinya. Sebuah games You’re the best dan Children Fun City harus terwujud.

To: Dewa Angin

Semoga impianku tercapai

Hahaha, kenapa aku mempercayai anak bodoh itu J

23 November 2010

Rendi Mubarok Alfarisi



Dua hari lagi aku akan bertemu Pak Haryanto. Semoga Children Fun City bisa diwujudkan. Nia, nenek selau menanyakanmu. Bagaimana cara menghubungimu. Aku tak mungkin ke Palembang saat seperti ini. Spertinya nenek benar-benar marah. Apa yang harus aku lakukan. Apakah kau selalu mendoakan berdirinya Children Fun City. Semoga kau baik-baik saja dan bisa melihat games hasil kreativitasmu. Malam ini aku mau istirahat memejamkan mata dan berharap impianku dapat terwujud. Dewa Angin, tepatilah janjimu. J

26 November 2010



Nissa kemudian menutup buku itu. Air mata terus jatuh membasahi pipinya. Dilihatnya wajah nenek. Kak Rendi begitu menyayangi nenek dan nenek ternyata kalian merindukan aku seperti aku selalu merindukan kalian. Aku peluk erat-erat nenek.

“Nenek, Children Fun City harus terwujud. Nenek, apakah Tidak tahu mengenai berita akan Happy Family store”, Nisa memberanikan diri untuk bertanya.

“Nisa, Mengapa kau tanyakan itu. Dua hari yang lalu kami sudah menyerahkannya kepada Haryanto. Tak ada anggota keluarga yang meneruskannya. Semua berpikiran usaha itu sia-sia saja dan sudah tidak bisa dipertahankan. Dari pada terbengkalai dijual saja saham kami kepada Haryanto. Tak ada lagi kaitan kami dengan perusahaan itu”, nenek memberikan informasi mengenai apa yang ia ketahui.

“nenek, Kak Rendi berusaha mempertahankan perusahaan itu hingga akhir hayatnya, apa nenek benar-benar ingin melepaskannya?Nenek, Kak Rendi menggantungkan impiannya di sana.

“Benarkah Nisa, Benarkah Maman menginginkan bisnis itu”, nenek terlihat kecewa sekali.

“Benar nek”, Nisa pun kembali memeluk nenek berusaha memberikan kekuatan kepadanya.



continued part 4

Nisa: "Cinta ini untukmu" ****part two****

Kota Palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang juga merupakan ibukota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Secara geografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Selain itu di Palembang juga terdapat Sungai Musi, yang dilintasi Jembatan Ampera, yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah. Suhu kota berkisar antara 23,4 - 31,7 derajat celsius. Penduduk Palembang merupakan etnis Melayu, dan menggunakan Bahasa Melayu yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai Bahasa Palembang. Namun, para pendatang seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas,Musi dan Lahat. Pendatang dari luar Sumatera Selatan kadang-kadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga atau komunitas kedaerahan. Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk asli, di Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari Jawa, Minangkabau, Madura, Bugis, dan Banjar. Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Agama mayoritas di Palembang adalah Islam. Selain itu terdapat pula penganut Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Warga Palembang banyak menggunakan bus dan angkutan kota sebagai sarana transportasi. Selain menggunakan bus dan angkot, transportasi taksi juga banyak digunakan masyarakat. Terdapat beberapa perusahaan taksi yang beroperasi di penjuru kota. Selain taksi dan angkutan kota di Palembang dapat ditemukan bajaj yang berperan sebagai angkutan perumahan, dimana setiap bajaj memiliki kode warna tertentu yang hanya boleh beroperasi di wilayah tertentu di kota Palembang. Sebagai sebuah kota yang dilalui oleh beberapa sungai besar, masyarakat Palembang juga mengenal angkutan air, yang disebut ketek. Ketek ini melayani penyeberangan sungai melalui berbagai dermaga di sepanjang Sungai Musi, Ogan dan Komering. Pempek merupakan makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu. Pusat perbelanjaan Kota Palembang ada di beberapa tempat, yaitu  Palembang Indah Mall, merupakan mall terbaru di Palembang. Terdapat anchor tenant seperti Hypermart, Ace Hardware, Index Furnishings, dll. Palembang Square, merupakan mall teramai di Palembang. Terdapat anchor tenant seperti Carrefour, Grand JM, dll. Palembang Trade Centre. Internasional Plaza, merupakan mall tertua di Palembang. Juga merupakan pusat handphone terbesar di Sumatera Bagian Selatan. Terdapat anchor tenant seperti Matahari Department Store, Superindo, dll.

Sudah dua tahun aku tinggal di kota Palembang, tetapi baru kali ini terpikirkan untuk mengetahui lebih jauh informasinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 02.30 WIB, kenapa mataku belum mengantuk juga. Pasti gara-gara melihat diari masa lalu jadi gak bisa tidur.
Tapi, tunggu dulu, ada yang menarik di website tadi. Wahhh,,, tentang UNSRI...

Universitas Sriwijaya saat ini menempati urutan ke-15 Universitas Terbaik di Indonesia versi Webometrics Juli 2010. Peringkat Universitas Sriwijaya dalam pemeringkatan World Class University versi Webometrics terus mengalami peningkatan sejak edisi Januari 2009 (peringkat ke-37), edisi Juli 2009 (peringkat ke-29), dan edisi Juli 2010 (peringkat ke-15). Untuk wilayah sumatera, Universitas Sriwijaya menempati peringkat ke-1 yang kemudian diikuti oleh Universitas Lampung (Unila), Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Riau (Unri).

Exited banget aku membaca ini, Universitas yang aku tempati begitu dihargai dan berprestasi... Ngantuk sekali rasanya, tetapi sebelumnya lebih baik Sholat dulu. Mama yang pertama kali mengajarkanku untuk membiasakan Sholat Tahajjud pada 1/3 malam terakhir. Aku ingat sekali kata-kata mama.
”Kutew, kamu usahakan selalu tahajjud ya, saat itulah kita bisa memohon ampun dan selalu minta perlindungan kepada Allah, ya nak ya...”
            Ahhh, emang segar sekali rasanya stelah mengambil wudhu. Rasanya tubuh ini menjadi bersih dan suci kembali..



”Halo, kenapa ma...”

”Bangun tew, udah jam setengah 6, kamu sudah sholat belum?

”Belum ma, tidur malam jadi gak dengar bunyi alaram..”

”Cepatla sholat, dimatiin ya telponnya.”

Tut..tut..tut..

Pusing sekali, rasanya ingin tidur lagi, tapi sebelumnya harus Sholat dulu. Aku berusaha bangkit dan menguatkan diri untuk berjalan.

07.30 WIB.

”Iya cut, tunggu bentar, pake kaos kaki dulu.”

Aduhhh, telat lagi kan, dasar Nisa lelettt..harini ini Kuliah sampai pukul 15.30, benar-benar bakal membosankan ini...

”Bu Boskie, lama bener siy?”

”Biarin, Boskie aja gak pernah marah aku telat kok din...”

”heh, pagi-pagi sudah gangguin pacar orang”, ujar Yoga meotong pembicaraan.

”Kenapa la kalian ini, lihat tu Nis, anakmu sudah menanti dari tadi kelaperan dia”, Icut ikutan berceloteh meledek Nisa

Nisa...Nisa...malang benar nasibmu deiangkat jadi bu Boskie.... biarin, daripad mereka hanya Boskie Rangers tanpa embel-embel lain, hahahaha...

”Nisa, malam tadi bang Agung datang ya??”, Pak Anwar, bapak kosan langsung keluar setelah mendengar beberapa obrolan kami.

”Iya Pak, Kuliah dulu ya pak.”, kami pun permisi pamit.

”Cut, kuncinya bawa ya, nanti mungkin bapak mau pergi dan pulang sore.”

”Iya pak, kami berngkat dulu, assalamu’alaikum.”

”Iya, ’alaikumsalam.”

Inilah aku saat ini, Seorang Mahasiswa kedokteran sebuah universitas yang katanya terbaik di Sumatera. Sebenarnya biasa saja, gak ada yang terlalu istimewa dengan predikat mahasiswa kadokteran. Sama seperti waktu SMA, belajar kemudian ujian, hanya bedanya kali ini pelajarannya lebih spesifik megenai medis. Satu kelebihannya kita bisa mengetahui tentang tubuh kita sendiri. Iya, itu adalah alasan pertama aku untuk memilih jurusan ini. Aku bukan tipe mahasiswa yang lebih melihat dari sisi negatif suatu keadaan. Terkadang memang muncul rasa penyesalan telah memilih kuliah di sini, segala sesuatu pasti ada kekurangan dibalik kelebihannya. Tetapi, aku selalu berusaha meyakinkan diri sendiri untuk selalu tetap semangat dengan tujuan  setiap ilmu yang aku dapat akan aku terapkan dalam keadaan apapun dan siapapun aku nantinya.

”Nisa, kamu nggak boleh ngeliatin orang kayak gitu.”

”Ngeliatin siapa vi, aku lagi berpikir bukan ngeliatin orang.”

”Dasar manusia aneh, gak pernah berubah.”

”Cinta, kamu kok ngomong gitu sih...”

”Maaf ya cin..”

”Cut, amit-amit gua dengerin mereka berdua ngomong, apa la cinta cinta..”, ujar bulan dengan gaya khasnya.

”kamu iri aku panggil Via cinta, Mau aku panggil kasih?...”, aku pun membalasnya.

”Gua mah gak mau ya..”

“Ya udah kalau gak mau bul”, dengerin aja kami berdua memang seperti ini”, Nisa berusaha membela dirinya.

”Kamu gak boleh selingkuh ya cinta”, Via gak mau ketinggalan ngomong.


”Kalian ini, dosen udah datang, cepat duduk”, Dini yang dari tadi hanya mendengarkan langsung berceloteh.

”Iya, Nisa ini gak penah bisa duduk, jalan, goyang-goyang, pasang magnet ntar biar nempel terus di kursi”, Icut menyambung dengan sedikit kesal.

Kuliah hari ini

Psoriasis merupakan penyakit kulit inflamasi kronik didasari faktor genetik.
Etiologi: belum jelas, bisa dari obat-obatan, seperti obat antimalaria, βblocker, catopril, doxycycline. Selain itu juga dipengaruhi faktor genetik yang berhubungan dengan gen HLA.
Epidemiologi: cewek > cowok.
Psoriasis tipe I: berkaitan dengan HLA dan familial sehingga pastinya awitan dini (< 40 tahun)
Psoriasis tipe II: Tidak berkaitan dengan HLA, nonfamilial jadi awitan lambat (>40 tahun)
Gambaran Klinis: bercak eritema dengan gejala subjektif rasa gatal, terbakar, dan tidak
                        Nyaman.
                        Predileksi pada daerah kepala, kuku
                        Terdapat fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz yang khas, dan juga
                        Terdapat fenomena Koebner.
Pengobatan: Sistemik : Metotreksat
                    Pengobatan sinar UV

Pityriasis Rosea
Etiologi: HHV6, HHV 7

BeGinilah kuliah kedokteran, sedikit membosankan. Baru satu jam kuliah Aku sudah gak kuat lagi mendengarkan dengan serius. Nati pinjam catatan Via saja dan pikiran ku pun langsung berimajinasi tanpa arah.
Yakin gak ya aku jadi dokter. Pelajaran blok sebelumnya saja aku sudah pada lupa. Blok ini sepertinya juga pesimis. Gimana ya nanti kalau aku salah diagnosis. Siapa ya pasien pertamaku. Apa dia akan sembuh. Ahhh...kenapa pikiran ini selalu menghantuiku..Aku harus semangat!!! Pasti bisa...

”Nisa, kuliah kok buka FB”, ujar Yoga.

”Iya, aku dengarin kok.”

Satu jam kemudian....


Akhirnya selesai juga dan tidak ada mahasiswa yang bertanya. Jenuh sekali rasanya. Kuliah apa aku hari ini, catatan hanya seperempat halaman dengan tulisan yang sangat kacau. Sekarang adalah waktu isrirahat yang sangat panjang karena jam satu nanti baru kami akan kuliah lagi



 *******



”Nisa, temani aku ke LINMIK pinjam e-books yang kemarin disuruh sama dr.Devi sekaligus minta tanda tangan dosen-dosen blok kemarin, kartuku aku hilang”, ujar Hari, salah satu temanku yang aneh, tapi tetap saja semua orang membutuhkannya. Usaha distribusi fotokopinya begitu laris manis di kelas kami. Cocok sekali jadi Asisten dosen kalau ada pemilihannya.

”Iya hari, pake FD nisa ya, biar aku langsung dapat.”

”Iya, kita pertama ke bagian anak dulu karena dr.Rosman pulangnya cepat. Setelah itu ke bagian penyakit dalam, dr.Mediarty, dr.Norman, dr.Yenny, dan dr.Erwin. Baru kita ke LINMIK”, Hari menjelaskan rute perjalanan kami.

”Iya, aku ikut saja.”

Ternyata capek juga minta tanda tangan dosen mana hari jalannya cepat sekali.

”Hari, ini pertama kalinya aku berkeliling rumah sakit ini sampai ke ruang kerja dokter. Seru juga ya walaupun jalanmu cepat sekali.”

”Iya seru Nisa.  kita ke LINMIK dulu ya.”

”Oke.”

Gila, bukunya tebal sekali, dua jilid lagi, Pitzpatrick-Dermatology. Untung ada e-books nya. Ampun deh, baca buku setebal dan seberat ini.

”Makasiy dok.” Kami pun pergi ke graha spesialis.

”Nisa, kita ke lantai atas dulu yuk, liat ruang pemeriksaan.”

”Ngapain Ri.” ada-ada saja mau lihat apa juga di sana. Mending nanya langsung dimana dr.Erwin.

”Liat saja  nanti ada hal menarik.”

Di ruang pemeriksaan lantai atas.
”Gimana, seru kan”, kami melihat ruang tersebut dari luar.

”Hari, lihat , dr.Vidi melakukan pemeriksaan apa ya, perut bagian kanan atas. Pemeriksaan Hepar Ri”, aku mengamati dengan sangat antusias.

”Iya, pertama kali melakukan penyuntikan anestesi, jangan-jangan itu biopsi hati.”

”Apa iya itu biopsi hati..liat, aspirasi cairannya banyak sekali, hari..aku senang sekali bisa liat ini.”

”Gak tau juga, sepertinya biopsi hati deh, apalagi pemeriksaan hati lain yang mungkin?”

”Gak mungkin drainase karena pasti pake USG juga. Ri, pasien di sebelah nya perut yang  kiri besar ya, liat dr.Imam.”

”Asites kali, Nisa.”

”Speertinya begitu, jangan-jangan kita ngawur saja sekarang ini”, aku mulai ragu apa perkiraan kami benar mengenai pemeriksaan tadi biopsi hati.

”Itulah, kalau hanya tau teori”, ujar hari juga mulai tampak ragu.

”Dok....”, kami pun tersenyum ketika dr.Vidi keluar ruangan.

”Iya, ada apa.”

”Dok, ruang dr.Erwin dimana ya?” Hari sepertinya ingin menghindari situasi kalau kami tidak sengaja datang ke tempat itu.

”O, dr.Erwin sekarang ada di poli umum no 2 J”, dia pun kemudian memasuki ruang lain dan beberapa saat kemudian kembali ke ruang pemeriksaan itu. Terlihat sekali kalau dr.Vidi sangat sibuk.



”Sudah, besok saja ri, dokter itu kan lagi ada pasien.”

”Iya, besok temani lagi ya, nanti kita pinjam buku mata, THT, dan Neurologis. Untungnya tadi kita  Sudah menghafal lokasi beberapa bidang bagian di sini.”

”Okok, nanti kita liat pemeriksaan lebih banyak lagi gimana?”

”Setuju.”

”Hari, aku mau sholat dulu, kamu tunggu ya, Cuma sepuluh menit.” Aku baru sadar kalau sekarang sudah pukul 12 tepat.

”Iya, tapi jangan lama.”

”Siipppp.” Aku segera menuju Musholla rumah sakit.

Sesai sholat aku pun dengan segera keluar, Ada dr.Yuwono, beruntung sekali bisa bertemu dr.Yuwono. Sejak pertama kali kuliah dengan beliau aku langsung tertarik dan mengaguminya. Seorang dokter yang menurutku sangat luar biasa pintar dan juga kuat agamanya. Dr.Yuwono ahli di bidang mikrobiologi dan itu membuat aku juga sangat tertarik terhadap bidang itu. Aku pun jadi mengikuti langkah dr.Yuwono dan lupa kalau hari sudah menunggu dari tadi.




 *******


”Via, kamu liat dompetku?” tanya ku cemas.

”Nggak Nisa, emang tarok dimana tadi?”

”Gak tau, tadi aku bawa dompet waktu pergi sama Hari karena sekalian mau ngambil ATM, sekarang sudah dak ada lagi”, aku makin panik saja.

”Coba periksa lagi, kamu kan sering ceroboh.” ujar icut turut aktif.

”Benar, gak ada cut..eh, tapi...icut...dompetnya mungkin di kursi tempat jual burger rumah sakit,, tadi aku ngikutin dr.Yuwono,,icut, gimana nih??pasti udah hilang..”

”Coba liat ke sana lagi, ntar kalau gak ada langsung kamu blokir ATM nya.”


”Iya ya, aku pun segera menuju praduga TKP“, aku langsung berlari kembali ke rumah sakit. Aduh, ada-ada saja kejadian hari ini..


 ******
Dari sisi cerita yang berbeda


Aaaaarghh....nyebelin banget
Seandainya mulut bisa berkata dengan mudahnya..
It’s me Rendi Mubarak Alfarisi....
Seorang yang akan selalu berusaha semaksimal mungkin..
Mengembangkan usaha keluarganya...
Seorang yang bukan hanya bisa bersenang-senang, melainkan seorang yang bisa berdiri tegak dengan mapannya atas usaha sendiri..
Aku seorang yang berjanji pada diri sendiri suatu saat semua orang akan datang untuk membangun relasi bisnis bersamaku, seorang Rendi Mubarak Alfarisi...

Papa, mama, Al kangen sama kalian berdua,, Al saat ini sedang memeluk baju kalian dan mencium wanginya tubuh kalian..Al ingat mama pernah berkata suatu saat al akan jadi orang yang sukses dan sekarang Al janji sama mama.. Al sekarang sudah besar dan dewasa..Papa dan mama tidak akan pernah menyesal mempunyai Al...Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada kedua orang tuaku yang telah berada di alam mu yang lain..

 LAki-laki itu segera menutup bukunya dan mengambil HP yang sedari tadi telah berbunyi.

“Bang, Aku pulang ke Jambi hari ini habis zuhur mungkin, tapi sebelum itu mau ketemu teman dulu.”

“Iya, aku pulang kantor jam 5, kamu pulang langsung saja, hati-hati bawa mobil sendirian.”

“Iya bang, maaf tadi gak sempat pamit, aku baru bangun.”

“Oke, hati-hati.”

Tut...tut..tut...

Ini merupakan pertama kalinya aku memimpin suatu proyek sehingga aku harus berhasil. Apa pun akan aku lakukan demi baktiku kepada kedua orang tua. Aku harus konsentrasi pada proyek ini. Semangat Al!!!!

Al pun tersadar dari lamunannya ketika hampir saja mobilnya menabrak seorang nenek tua yang sedang menyebrang. Pikiran kembali menuju rumah, teringat nenek yang sedang sendirian. Al mengambil HP nya dan mengetik beberapa kata

To: Dila
Dil, ak skrg otw ke RSMH. Ketemu dmn kt?
Dan semenit kemudian sms pun dibalas.

From: Dila
Ak tunggu di depan Al.

Dua puluh menit kemudian di RSMH (Rumah sakit Muhammad Hosein Palembang)

“Dila, kita mulai hari ini kembali menjadi teman biasa saja.” Dengan matanya yang tajam dia menatap perempuan yang bernama Dila.

”Benarkah harus seperti itu, kenapa?” Dila malah kembali bertanya seolah tidak menyetujui pernyataan Al.

”Aku tidak ingin mencari-cari alasan, tapi itulah yang aku inginkan.”

Tak ada lagi kata-kata di antara mereka setelah itu. Mereka saling menjauh tanpa kata-kata selamat tinggal atau apapun itu kata perpisahan.
Udara yang panas membuat keringat membasahi tubuh Al. Sepertinya suhu Palembang hari ini melebihi 30c. Kejadian tadi sepertinya sama sekali tidak mengganggunya. Bagi nya setiap hubungan pasti ada perpisahannya dan lagipula Dila itu cantik dan sebentar lagi menyandang gelar dokter, pasti akan segera mendapatkan pengganti yang lain. Jadi untuk apa merasa bersalah.

Haahhh, ada dompet tertinggal di sebuah kursi. Ceroboh sekali untuk hal sepenting itu bisa tertinggal. Pastilah orang itu sangat berantakan hidupnya. Al pun mengambilnya dan berniat mengembalikan ke Pelayanan keamanan. Tiba-tiba Hp nya berbunyi.

”Al, kamu cepat pulang dulu ke rumah, nenek sakit katanya. Abang lagi sibuk sekali sekarang”,  terdengar sekali nada kecemasan dalam suara orang di sebarang sana.

”Iya bang, aku langsung ke rumah sekarang”, Al langsung mematikan Hp nya dan langsung dengan menggunakan earphone mencari kontak Rumah Palembang. Memang tingkat kriminalitas pencurian HP sedang meningkat saat ini. Untuk berjaga-jaga , jangan menggunakan Hp di jalan atau jika terdesak bisa dengan menggunakan earphone, itulah yang ada di pikiran Al saat itu.

Sementara itu seorang perempuan tampak tersengal-sengal karena habis berlari dan sepertinya sedang mencari sesuatu.

Dompetku sudah benar-benar hilang, tiga ratus ribu bisa beli atlas Al-quran yang bulan ini merupakan incarannya, impiannya untuk punya biola, impiannya untuk sewa kapal pesiar, impiannya nonton F1 live di Singapura, impiannya umroh sebelum tamat kuliah, semua itu menjadi kabur setelah kejadian ini. Nisa orang beruntung, Nisa orang beruntung, Nisa orang beruntung..kata-kata itu selalu diucapkan dalam hati perempuan itu setiap ada masalah. ehhh..tidak..itu dia dompetku..

”Heii, itu dompetku, tunggu!!!”, Perempuan itu berteriak memanggil laki-laki yang tepat seratus meter berada di depannya.
Seketika itu juga Semua orang memperhatikannya dan diapun langsung bersikap tenang kembali seolah tak ingin menunjukan apa yang sedang terjadi dan kembali mengejar laki-laki yang masih juga sibuk berkomunikasi menggunakan earphone. Semangat sekali dia mengejar laki-laki itu. Yang ada dipikirannya hanya Atlas Al-quran, satu-satunya catatan yang masih tertempel di papan peringatan sejak dua bulan lalu.  Celaka!!! Laki-laki itu sudah masuk ke mobil. Dia berhenti kemudiab bernafas sebanyak-banyaknya dan berpikir sejenak. Sebersit senyum melintas di wajahnya,

Ya, seperti film-film action, dia menghadangi mobil itu  parkiran. Demi ATM sumber kehidupan...Bismillahirrahmanirrahim.....Dia langsung memejamkan mata dan hampir saja, satu cm lagi mobil itu akan menghantam tubuhnya...layaknya seorang bintang film, dia langsung membalikkan badannya untuk kembali menarik nafas dan menyiapkan mental d n fisik untuk menghadapi pengendara mobil itu, siapa yang tahu kalau dia seorang yang kleptomania berdarah dingin.

Tet....Tet...tet...
Pengendara mobil itu seperti kesal sekali karena waktunya yang sangat sempit dipersempit lagi oleh seorang perempuan aneh yang tiba-tiba saja menghalangi mobilnya mundur.

”Hei..kamu gila ya, apa yang kamu lakukan nona?” tampak jelas kekesalan di wajah laki-laki itu.

Kamu harus berani Nissa,,
”Iya, demi ATM dan dompet ku yang kamu ambil”, dengan suara gemetar perempuan tadi langsung membalikkan badannya. Sepersekian detik setelah membalikkan badannya dan melihat wajah laki-laki itu Nisa langsung mengalami syok yang luar biasa, tubuhnya melemah dan pandangannya mulai kabur.

”hei, kamu kenapa??”, laki-laki itu langsung membopong perempuan itu masuk ke mobilnya.

”Kak Rendi..”, perempuan itu mulai sadar.
Suasana sangat hening, mereka berdua dalam situasi tegang yang luar biasa. Dalam pikiran laki-laki itu hanya ada wajah neneknya yang sedang merintih kesakitan tanpa ada seorangpun di rumah, sedangkan di pikiran perempuan itu melayang berbagai kejadian masa lalu yang masih kokoh berada dalam ingatannya. Lima tahun yang lalu, dia pernah merasakan hal seperti ini, tatapan matannya tidak berubah sedikitpun.

Ahhh, kenapa jantung ini berdetak lebih kencang setiap berada di dekatmu.
Dalam diamku aku selalu memikirkanmu.
Aku lihat mentari memancarkan sinarnya dengan tersenyum ke arahku.
Seandainya aku seperti bulan yang dapat memantulkan terangnya sang mentari,
Maka kau bisa melihat betapa indahnya senyumku saat ini hanya untukmu..
Namun hingga kini mentari hanya menatap dengan senyuman.
Dan aku hanya bisa diam tersenyum padamu dari sudut gelap ini.

Mobil itu memasuki perumahan Griya Agung Indah blok D5, pekarangannya begitu Asri namun tampak seperti tak berpenghuni saja rumah itu. Laki-laki itu segera keluar dari mobilnya dengan cepat diikuti perempuan yang selama di perjalanan tadi berkhayal ke masa lalu yang baginya terlalu indah untuk dikenang.

”Nenek, apa yang sakit?”  Terlihat seorang wanita yang kira-kita umurnya sudah memasuki kepala tujuh, namun masih terlihat garis-garis kecantikian masa mudanya dari pancaran wajahnya.

”Maman, perut nenek sakit sekali, kepala nenek pusing dan dari tadi buang angin, nenek gak sanggup lagi, rasanya isi perut nenek mau keluar saja”, wanita tua itu terus berbaring merintih kesakitan sambil memegang perutnya.

Kamar ini bau sekali. Terlihat kamar mandinya sedang diperbaiki. Akan tetapi bau ini bukanlah bau cat ataupun semen. Bau ini gas H2S,  Sepertinya nenek ini memang benar sering buang angin. Bau ini khas sekali, gejala sakit perut, pusing, sering buang angin dan isi perut rasanya mau keluar. Ini akan terjadi pada setiap orang yang konstipasi yaitu seseorang yang tidak buang air besar lebih dari tiga hari.

”Maman, gendong nenek, kita ke dokter sekarang”, nenek itu memang benar sepertinya tidak tahan lagi menahan sakit.

”Kak, dimana dapurnya, saya haus sekali mau minum”, Nisa memberanikan diri menanyakan dapur.

”Kamu cariu sendiri saja, kamu gak lihat nenek kesakitan malah nanya dapur”, Maman langsung menggendong nenek dan membawanya keluar.

Mobil melesat dengan kencang lebih cepat dari kecepatan saat mereka meninggalkan rumah sakit dan nenek masih saja merintih kesakitan

”Nek, minum dulu ya, biar ada kekuatan, coba nenek habiskan sebotol ini”, Nisa kembali memberanikan diri untuk berbicara sambil matanya mengarah kepada dompetnya yang tegeletak saja di dekat pijakan rem dan gas. Mungkin dompet itu tadi terjatuh batinnya berucap.

”Ya, saya haus sekali, dari semalam saya tidak sempat minum karena menahan sakit”, nenek seperti orang yang benar-benar kehausan dan menghabiskan sebotol air putih, sejenak nenek sedikit melupakan sakitnya.

Ya Allah, berikanlah kekuatan pada nenek agar masalah ini cepat selesai, sudah pukul dua siang dan aku sudah ketinggalan satu jam kuliah.

”Maman, berhenti. Maman, berhenti sekarang”, nenek memerintahkan Al dan  kembali memegang perutnya.

”Tapi nek, ini daerah perkantoran dan rumah sakit masih jauh, nenek kenapa sih?”, Maman cemas sekali dan langsung memberhentikan mobilnya.

”Kamu tunggu di sini, percaya sama nenek semua akan baik-baik saja”, Seketika mobil berhenti, nenek langsung keluar dan masuk ke dalam salah satu gedung perkantoran. Tak terlihat kecemasan di wajah nenek memasuki sebuah gedung perkantoran yang asing baginya. Tentunya kesendirian yang telah dialaminya selama empat puluh tahun membuatnya menjadi seorang yang mandiri dengan mental yang telah terlatih.

”Kak Rendi tenang saja, setelah ini nenek akan baik-baik saja dan kita gak akan ke rumah sakit lagi”, perempuan muda itu langsung menenangkan Al yang tampak cemas sekali.

Kakak, apakah kalau suatu saat aku saki, kakak juga akan cemas kepadaku dan bersikap seperti ini. Hari ini aku bahagia karena bisa berbicara dengan salah satu keluarga kakak.

Tak beberapa lama kemudian tampak nenek berjalan tanpa memegang perutnya lagi.
”Maman, sekarang kita pulang saja, nenek lapar sekali mau makan”, ekspresi nenek berubah sekali, kecantikannya semakin bersinar di balik wajahnya yang telah keriput.

”Nenek, apa benar-benar sudah baik?” Al berusaha meyakinkan semuanya memang baik-baik saja.

”Kamu gak lihat nenek sehat. Cu, siapa namamu, ntah kenapa sakitku hilang setelah memandang wajahmu”, nenek tampak senang sekali dengan kehadiran perempuan itu.

”Nisa nek, bukan karena wajah saya, tetapi karena air putih yang nenek minum tadi. Nenek pasti sudah lebih dari tiga hari tidak buang air karena kamar mandi kamar nenek sedang diperbaiki membuat nenek enggan sehingga refleks buang air pun akan menurun, selain itu nenek juga jarang minum dan bahkan mungkin juga jarang makan sayur, di meja makan serta kulkas rumah gak ada sayur-mayurnya.. Jadi tadi nenek hanya konstipasi biasa. Karena sudah penuh sekali, menyebabkan perut nenek sakit, kepala pusing dan sering kentut, selain itu bau kamar nenek tadi khas sekali. Dengan minum air mepermudah gerakan usus nenek untuk buang air. Sekarang nenek sudah tidak pusing lagi kan?”, Nisa menguraikan apa yang ada di pikirannya dengan sangat jelas.

”Kamu pintar sekali Nisa, sekarang kamu temani nenek makan ya. Apa makanan kesukaanmu”, nenek sepertinnya semakin mengagumi Nisa.

”Waduh nenek, saya jadi malu, saya suka sekali makan sop tulang”, Nisa semakin bersemangat dan tidak lagi menyesali kuliah sorenya alfa hari ini.

”Maman, kita ke supermarket dulu beli tulang kemudian nenek mau masak sop tulang. Rasanya nenek kembali kuat dan bersemangat hari ini. Palembang cerah hari ini”, nenek Satu ini benar-benar luar biasa. Dalam usia yang sudah tua tetap saja bersemangat.

”Iya nenek sayang, tapi jangan lupa masak sayur juga biar gak konstipasi lagi”, Laki-laki yang dipanggil Maman langsung mengarahkan mobilnya ke supermarket.



Siang telah berganti sore namun tidak dirasakan sama sekali oleh Nisa. Detik demi detik yang dilalui bersama orang terkasih begitu dinikmatinya. Di rumah itu hanya ada mereka berdua yang terjaga. Nenek langsung saja tidur setelah capek memasak dan makan sop tulang. Sepertinya sudah lama sekali dia tidak berada di dapur untuk memasak.

”Ehmm, Kakak, apa masih ingat aku?” Nisa memberanikan diri bertannya setelah selesai mencuci piring dan membereskannya.

”Apa wajahku seperti monster, tiba-tiba saja tadi langsung terjatuh, oh ya dompet kamu ada di mobil, nanti bisa langsung diambil sebelum pulang”, Al seperti ingin mengalihkan pembicaraan dan langsung pergi menuju kamarnya.

”Nia, rumah kamu daerah mana? Kamu pulang aku  antar saja, gak ada angkot sekitar sini.” Al keluar dari kamarnya dan ternyata dia masih ingat pada perempuan yang selalu dipanggilnya Nia.

Tampak wajah Nisa memerah dan hatinya menari-nari ketika mendengar laki-laki itu memanggilnya Nia.

”Di dekat rumah sakit kak”, Apa tidak merepotkan? Nenek kasihan tinggal sendirian di rumah, Nisa seolah menolak tawaran tersebut padahal hatinya sudah sangat bergejolak.

”Gak, emang hari ini saya mau pulang ke Jambi. Sebentar lagi orang rumah juga pulang kerja.”, Al kembali menatap perempuan itu dengan mata tajamnya yang begitu khas.

Kenapa harus pulang, kenapa tidak di sini saja beberapa hari lagi. Kenapa aku harus kehilangan setelah sekian lama menanti untuk bertemu. Kak Rendi, semoga pertemuan kita bisa terulang kembali.

 *******


Malam harinya, setelah selesai sholat Isya, Nisa mengambil diary pinknya dan kembali menulis mencurahkan isi hatinya.

Dan kembali aku mengenali salah satu sudut dirimu.
Ku berdiri di ujung jalan ini, tetap dengan keteguhan yang selalu ada dalam hatiku.
Ingin saat itu ku menapakkan kakiku menuju ke arahmu.
Namun, aku tak tahu kenapa jalan itu begitu terjal sehingga aku takut untuk menempuhnya.
Dan akhirnya aku Aku tetap di sini tak berani untuk bergerak sedikitpun.
Karena aku takut untuk mengetahui sang waktu tidak berpihak kepadaku.
Karena aku takut untuk selalu menantimu dalam suatu pertemuan yang tak pasti.

Nisa: ”Cinta ini untukmu, Kak Rendi”
Nisa mebuka tasnya dan mengambil Hpnya. Ada empat pesan diterima.

From: Fk Dini
Nisa kq gak kuliah?

From: FK Via
Cinta, tadi knp gak kul?

From: Fk icut
Td kmn Nisa?

From: FK bulan
Nisa skrg dmn?

Nisa pun tertawa sendiri membayangkan apa yang terjadi seandainya teman-temannya tahu kejadian hari ini. Nisa langsung membalas mereka satu-persatu.

To: Dini, Via, Icut, Bulan
To my lovely friends, besok ya nisa cerita, hehehehe… ;)

Nisa mengambil salah satu buku dari raknya. Fisiologi Sherwood dan ia langsung membuka bab mengenai mata.

Mata adalah bola berisi cairan yang terbungkus oleh tiga lapisan jaringan khusus. Mata menangkap pola iluminasi dalam suatu lingkungan sebagai suatu gambaran optic pada sebiah lapisan sel. Sel peka cahaya, yaitu retina, seperti sebuah kamera menangkap bayangan pada film. Sperti film yang  dapat dicuci-cetak untuk menghasilkan gambar yang mirip dengan bayangan asli, demikian juag citra yang dikode di retina disalurkan melalui serangkaian pengolahan visual yang semakin kompleks setiap langkahnya sampai akhirnya secara sadar dioersepsikan sebagai gambar yang mirip dengan gambar asli.

Satu paragraf Nisa membaca, Hpnya berbunyi dan panggilan dari Tyas. Ternyata itu merupakan telepon bersama, juga ada Dian, Tia, Hani, dan Firna. Sepertinya mereka tahu telah terjadi hal besar pada temannya dan terjadilah percakapan seru di antara mereka. Inilah yang terjadi jika para wanita bersatu dan saling bercerita.

Nisa: Assalamualaikum, ada apa yas?
Tyas: Nisa, aku kangen banget. Aku lagi sedih niy, bete..., aku nyesal banget sama yang aku perbuat hari ini
Tia: Woi...woi...aku juga kangen sama kalin
Hani, Firna, Dian: Aku juga..
Firna: Kenapa yas?
Tyas: Aku bete, sekarang malasss ingin nangis rasanyay, banyak tugas niy...
Nisa: Banyak minum air putih yas biar tetap semangat sayang. Atau aKalian jalan aja berempat di jakarta, biar aku dan firna melihat dari jauh di sini.
Tia: Tu kan, mulai lagi kamu nis.
Hani: Kamu apa kabar nis, sudah lama gak dengar cerita kamu.
Nisa: Teman, aku senang banget hari ini.... Aku betemu kak Rendi.... Teman, aku benar-benar bertemu kak Rendi.
Tyas: Ini baru namanya cerita ayo dong cerita Nis....

Nisa pun dengan senangnya menceritakan serinci mungkin kejadian tak terduga hari ini kepada teman-temannya. Mulai dari kehilangan dompet hingga nenek Kak Rendi yang konstipasi.

Dian: Nisa kamu beruntung sekali.
Nisa: Tapi sekarang kan dia udah pergi jauh lagi
Firna: Setidaknya bertemu sayang, daripada aku telah kehilangan semuanya
Tyas: Sombong banget dian sejak ada dua pahlawan yang selalu di sampingnya. Tinggal pilih aja dia sekarang.
Dian: Enak aja yas.
Tia: Hani juga tuh, berdua melulu, lihat gak foto di FB nya. Udah main gendong, mereka.
Hani: Iya dong, makanya kamu cari juga.
Nisa: Tia terlalu sibuk dengan Lee Min Hoo dan Liverpool nya.
Tia: Hehehehe, iya-iya betul sekali.
Firna: Nisa, kakak itu masih internisti gak?
Nisa: Gak tau firna, benar-benar gak tahu. Teman, aku takut gak bisa bertemu dia lagi. Apa mungkin aku mendapatkan kebahagiaan itu. Aku takut untuk memimpikannya.
Hani: Kalian diam dulu ya, aku punya kata-kata bagus niy dikutip dari sebuah novel yang kubaca. Malaikat kecilku, tolong titip semua temanku ya.. Cubit kalau dia nakal, tegor kalau dia berbuat salah dan selalu bahagiakan hidup nya. Karena dalam kebahagiaan temankulah sebagian semangat hidupku aku gantungkan. Karena aku sayang mereka semua. Teman, kalian akan selalu bahagia karena aku akan selalu menyayangi kalian semua.
Semua: Hani, kamu.............

Suasana pun berubah hening sekali. Sinar bulan begitu terang karena malam ini adalah bulan purnama. Begitu indah persahabatan mereka, begitu kuatnya tali yang mereka ikat pertama kali sejak delapan tahun yang lalu.

Tyas: Udah ah, aku mau tidur saja, dengar suara kalian aku bisa sedih, kangen banget...
Firna: Aku juga mau kerjain tugas.
Dian: Kita semua orang baik dan pastinya akan mendapatkan hal-hal yang baik pula.
Tia: Luv U all 4 ever.
Nisa: Aku juga selalu mencintai kalian.
Semua: Udah dulu semua, Assalamualaikum.

Percakapan mereka berenam pun berhenti saat itu.

Ya Allah, betapa bahagianya diriku, aku mohon tolong jangan jauhkan kebahagiaan ini. Aku hanya ingin hidup sederhana seperti ini diantara orang-orang yang aku sayangi.

Nissa: ”Cinta ini untukmu, Difusi”

Nisa kembali membaca fisiologi Sherwood dan tak beberapa lama kemudian dia tertidur.



Hari-hari berikutnya dilalui Nisa dengan penuh semangat. Kejadian bertemu kak Rendi selalu disimpannya dalam hati dan selalu berharap pertemuan itu akan terjadi kembali suatu saat nanti. Sperti biasa, Hari-Hari Nisa dimulai dengan telpon dari mama, siap-siap berangkat kuliah, berpapasan dengan boskie, kuliah, bermain, dan belajar bersama Boskie Rangers, kemudian pada minggu ke tujuh ujian dan setelah itu kembali memasuki blok baru.

Sedikit bercerita mengenai Boskie Rangers. Terdiri dari enam orang anggota, lima perempuan dan satu laki-laki. Mereka adalah Dini, Via, Icut, Bulan, Yoga, dan Nisa sendiri. Sifat mereka begitu berbeda. Dini yang terlau bersikap dewasa dan jarang sekali tersenyum, kalau orang yang belum mengenalnya akan sedikit segan untuk menegurnya dan hanya ada satu laki-laki yang berhasil menaklukannya, yaitu Yoga, sahabat kami sendiri sekaligus gubernur mahasiswa dari Fakultas kami. Yoga adalah laki-laki yang sangat melankolis, dia tidak seperti laki-laki lain yang cuek dan terkadang berbicara sesukanya. Yoga sangat memperhatikan sikap dan prilaku setiap orang. Lebih jauh cerita mengenai Dini dan Yoga, pernah suatu saat aku tidak sengaja mungkin sedikit menyinggung perasaan Yoga. Pada saat itu merupakan awal karir Yoga menjabat sebagai seorang gubernur dan itu membuat Dini sungguh kesepian sehingga akupun sedikit  bercanda kepadanya.

“Dini, kamu sama kakak ku aja, Yoga kan lagi sibuk.”

Entah kenapa kata-kata itu membuat sedikit masalah di antara kami. Mungkin karena kesalahanku yang sudah begitu menumpuk tidak hanya kepada mereka berdua, tetapi juga terhadap ketiga temanku yang lainnya. Aku memang bukanlah orang yang sempurna, berpisah dari orang tua dan memulai untuk hidup sendiri hanya bersama teman orang terdekatku. Ada begitu banyak penyesuaian karakter di antara kami. Aku yang sangat berantakan, ceroboh, dan seorang tipe penyendiri dan tidak begitu mudah untuk mempercayai seseorang. Aku tebiasa dengan pola kehidupan rumah dimana aku adalah anak bungsu yang bisa melakukan apapun dan tidak pernah disalahkan membuat aku selalu merasa benar dan tidak mau mengoreksi kesalahanku sendiri. Satu-demi satu masalah hadir diantara kami. Ketidakterbukaan, salah paham terhadap kata-kata, atau mungkin hati yang sudah mulai membeku membuat kami semakin menjauh. Tidak ada lagi kata-kata manis diantara kami, tidak ada lagi rasa kebersamaan diantara kami. Saat itu aku hanya sendiri dan serasa tidak memiliki siapapun sehingga aku memutuskan untuk pergi menjauh dan berusaha mencari teman lain.
Mereka memang orang yang sangat baik, terlalu baik untuk seorang Nia Yashifa Khoirunnisa, tapi bukan berarti orang baik juga baik untuk kita. Itulah yang ada dipikiranku saat itu. Teringat akan kebaikan mereka di saat aku sakit, teringat akan keluargaku yang selalu menanyakan kabar mereka membuatku selalu menangis dan sakit sekali didalam kesendirian itu. Aku kembali membuka diaryku yang berwana pink dan membuka beberapa kejadian masa lalu.

Aku tahu kalian ada di sana dan kalianpun tahu aku ada disini.
Namun kalian tetap di sana dan aku tetap bertahan diam di sini.
Aku memandang kalian ingin sekali bercerita mengenai hari ini.
Aku ingin menyapa kalian setidaknya hanya untuk mengucapkan ”Hai, apa kabar teman?” namun entah kenapa mulut ini terasa kaku untuk mengucapkannya.
Begitu juga kalian. kita telah berdiri pada ruang samanamun  dalam sudut pandang yang berbeda.
Teman, apakah hati kita benar-benar telah mati untuk bersatu kembali.
Apakah benang yang telah kusut itu tidak bisa kita luruskan kembali.
Betapa aku menyayangi kalian dan begitu pula kalian, aku tahu itu dari tatapan mata kalian.
Tidak bisakah kita ulang kembali masa-masa persahabatan kita yang indah.
Tidak bisakah kita kembali melangkahkan kaki bersama ke arah yang sama dengan penuh sukacita.
Apakah persahabatan kita memang harus berakhir sampai di sini.
Aku selalu berdoa agar pintu hati kita terbuka dan bisa saling memaafkan.
Temanku sayang, maafkan aku yang telah menyakiti kalian.

Nia Yashifa Khoirunnisa
7 Maret 2010

Bagaimana cerita selanjutnya sehingga kami bisa berbaikan seperti sekarang dan bahkan lebih baik setelah pertengkaran itu terjadi. Beginilah ceritanya

Kejadian itu tepatnya terjadi pada suatu hari aku memberikan rekaman curahan hatiku kepada mereka. Itu adalah senjata terakhirku untuk memperbaiki keadaan ini. Entah setelah itu kami akan berpisah baik-baik ataupun meneruskan kembali persahabatan kami. Satu prinsip hidupku, teman yang baik tidak akan meninggalkan kita walaupun kita telah meninggalkan mereka sejauh mungkin. Aku berikan rekaman itu kepada mereka agar mereka bisa dengar satu persatu. Saat itu adalah saat yang membuatku resah, Pertama kalinya dalam hidupku mebuat hal semacam itu. Pada saat itu aku meninggalkan sebuah pesan agar menemuiku di sebuah tempat di rumah sakit dan membicarakan permasalahan di antara kami.
Siang itu, di saat kami sudah berkumpul semua, tiada satu pun yang mulai bersuara. Dimana rasa kebersamaan kita selama ini, itulah yang muncul di benakku.
Hari itu Terucaplah beberapa perkataan yang begitu saling menyakitkan dan aku pun menangis segera meninggalkan mereka. Persahabatan kitai sampai di sini jantungku berdetak sangat cepat saat itu. Aku berteriak dan saat itu rasanya benar-benar hancur. Satu nama yang ku ingat dan merupakan penyelamat persahabatanku, Agung Kurnia, kakakku.
Saat itu aku segera menelpon kakakku dan menangis menumpahkan seluruh kesedihanku kepadanya. Dan hanya satu katanya yang kemudianmerubah pola pikir hidupku saat ini.

”Nisa, kalau kamu memutuskan persahabatanmu maka itu suatu dosa besar, Allah sangat benci pada orang yang sombong, memutuskan silaturahmi menunjukkan kamu adalah orang sombong seolah tidak membutuhkan orang lain. Abang tidak mau kamu jadi orang sombong, jadi pulang ini kamu pergi ke tempat semua temanmu dan minta maaf kepada mereka. Kalau tidak biar abang terpaksa ikut campur masalahmu.”, itulah kata-kata kakakku yang selalu ku ingat hingga saat ini.
Aku bukan orang yang sombong, kata-kata itu membatin yang menguatkan tekadku pada Malam itu juga aku minta maaf kepada mereka semua. Benar prinsip hidupku, teman yang baik tidak akan mungkin meninggalkan temannya sejauh apapun dia telah pergi jauh meninggalkan mereka. Setelah kejadian malam itu, semua berlalu seperti air yang mengarahkan kembali pada persahabatan yang lebih matang dan lebih kokoh.

Dan malam ini aku kirim Sms kepada mereka semua. Setiap aku membaca cerita ini aku selalu merindukan kalian semua

To: Boskie rangers
Jarkom to my lovely friends. Aku saying sama kalian. Luv u all mulai dari Dini, Bulan, Icut, Via, Yoga :)

Satu motto kami boskie rangers “Dengan senyum dan kekhawatiran, membaca dan menghafal sebanyak mungkin, hingga paham dalam satu kebersamaan”

Nisa: "Cinta ini untukmu, Boskie Rangers


Pada kisah sebelumnya aku bercerita mengenai orang-orang ku sayangi seperti Kak Rendi, Difusi, dan Boskie Rangers. Dan kini aku ingin bercerita mengenai keluarga ku.
Inilah sedikit kisah mengenai keluargaku. Aku merupakan anak bungsu dari dua bersaudara dari seorang laki-laki yang begitu gagah, berwibawa, penuh cinta dan tanggung jawab. Serta Dari seorang perempuan yang begitu manis, tegar, penuh kesabaran dan kasih sayang. Kisah cinta sejati yang paling aku kagumi bukanlah kisah romeo&juliet, Laila majnun, Cinderella, putri salju, beauty and the beast, ataupun yang lainnya. Kisah cinta sejati yang paling aku kagumi adalah kisah cinta papa dan mamaku. Kisah cinta yang telah teruji selama 23 tahun dengan dua orang anak yang sangat menghormati mereka.
Mamaku seorang yang sangat sempurna pada awalnya. Manis, pintar, selalu juara umum, taat beribadah, sederhana dan saat itu berprofesi sebagai seorang bidan dan guru di sebuah sekolah kebidanan kemudianbertemu dengan seorang laki-laki yang biasa saja dan prestasi nya juga tidak begitu menonjol. Hanya kata mamaku satu kelebihan yang menarik pada papaku adalah berdagu panjang dan  yang indah. Sementara ketika aku bertannya kepada papa kenapa menyukai mama,  papa mengakui  menyukai mamaku karena kepintaran, profesi, dan kepatuhannya pada agama. Pernikahan itupun terjadi pada tanggal 23 Desember 1987 dan melahirkan anak bernama Agung Kurnia pada tahun 1988 dan Nia Yashifa Khoirunnisa pada tahun 1990. Pernikahan mereka diuji tepat pada tanggal 31 desember 1992. Siang itu musibah datang menimpa mamaku, kecelakaan itu terjadi yang menyebabkan mamaku mengalami patah tulang belakang dan membuatnya terbaring di rumah sakit di Jakarta selama tiga bulan. Saat itu aku dan kakakku tinggal di Jambi bersama saudara perempuan mamaku yang pertama.
Bisa aku katakan saat ini, sebenarnya itulah awal dari bertambah kuatnya cinta antara papa dan mamaku. Seorang laki-laki yang dalam lima tahun pernikahannya diuji untuk membuktikan seberapa besar cintanya kepada istri. Selama tiga bulan itu pula mereka meninggalkan keluarga dan pekerjaan. Pada saat itu, mamaku juga mengalami kebutaan akibat kesalahan pemberian obat. Dokter mengira mamaku menderita TB tulang dan diberikan pemberian obat TB yang kemudian menimbulkan kebutaan selama tiga bulan. Di saat itu pula mamaku harus belajar berjalan setelah sekian lama terbaring di rumah sakit. Namun tidak sedikitpun niat papa untuk meninggalkan mama. Malah dengan penuh tanggung jawab dia merawat mama tanpa mengeluh sedikitpun dengan cinta yang tiap harinya semakin bertambah.
Sejak kecelakaan itu mama memiliki berbagai keterbatasan dalam beraktivitas. Dia pun melepas semua impiannya untuk bekerja dan merawat anak-anaknya dengan sebaik mungkin. Aku dan kakak tumbuh dari tangan mama, seorang profesor terbaik di dunia.
Oleh karena keterbatasannya itulah mama sampai saat ini tidak pernah berpergian ke suatu tempat tanpa kehadiran papa. Di setiap keberadaan mama ada papa yang menemani. Mereka seolah-olah tak pernah terpisahkan dan selalu menyatu dalam satu cinta. Cinta mereka kembali diuji pada tahun 2007, saat itu mama divonis menderita kanker payudara. Saat itu cinta mama diuji, dia yang sudah tidak muda lagi, harus mengalami mamektomi. Berbagai macam ketakutan menghantuinya hingga ia pernah menangis bercerita kepadaku dan mengatakan suatu hal.

”Nisa, mama telah meninggalkan pesan kepada papa, papa boleh menikah lagi jika mama meninggal nanti asalkan setiah hari dia selalu didoakan selalu bahagia dan sering mengunjungi makamnya.”

Pada saat itu rasanya sluruh tubuhku terguncang. Selama ini mama tidak pernah mengeluh dan tegar terhadap berbagai masalah yang dihadapi, namun hari itu dengan air mata yang mengalir mama curhat kepadaku. Saat seperti itu, Papa memang seorang laki-laki luar biasa. Untuk kedua kalinya dia meninggalkan pekerjaan dalam jangka waktu lama untuk merawat mama. Mama harus menjalani sinar sebanyak tiga puluh kali dan suatu keberuntungan mama tidak perlu menjalani kemotrapi karena belum ditemukan penyebaran yang memerlukan kemotrapi. Musibah itu membuat  Kisah cinta papa dan mama malah terlihat lebih romantis dan penuh kasih sayang. Dan pada akhirnya mereka bisa melewati cobaan itu.
Pada tahun 2008 cobaan itu kembali datang. Mama divonis ginjal kirinya tidak berfungsi lagi dan harus segara diangkat. Aku kemudian berpikir kenapa orang sebaik mama selalu menerima cobaan yang begitu berat seperti itu. Dan Papa lagi-lagi dengan penuh kasih sayang merawat mama dan meninggalkan kembali pekerjaannya. Dengan selalu berdoa dia memohon kesembuhan mama. Hingga tepat pada hari operasi berlangsung, keajaiban itu terjadi. Tidak terjadi pengangkatan ginjal itu karena ternya yang terjadi hanyalah penyumbatan saluran ureter yang menyebabkan fungsi ginjal kiri menurun. Dan mereka berdua kembali berhasil melewati cobaan itu. Namun, hingga saat ini mama masih sering mengalami infeksi pada ginjalnya. Setiap kali dia terlalu capek, maka dia akan kencing darah. Mama yang sangat luar biasa  tetap selalu terlihat sehat dan masih bekerja di puskesmas hingga saat ini dan menjahit beberapa pakaian untukku. Mama tidak pernah menujukkan dia sakit di depan semua orang. Dia adalah orang sehat yang selalu tegar.
Dan itulah alasan saat ini aku berada di sini. Kuliah kedokteran merupakan suatu baktiku kepada kedua orang tua. Walaupun di hatiku yang paling dalam aku lebih memilih untuk menjadi seorang penulis yang terkenal, namun sayangku kepada keluarga melebihi obsesiku itu.
Selain kisah papa yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Aku juga ingin menceritakan papaku yang sangat perhatian pada penampilanku. Bisa dibilang aku sangat lemah dibidang fashion dan kecantikan. Aku sangat cuek pada penampilanku dan itu sangat membuat papaku risih dan mengambil alih kendali mama yang juga sama-sama tidak begitu memerhatikan penampilan. Pertama kalinya aku ke salon adalah bersama papa, dia mengantar, dan menemaniku hingga aku selesai perawatan. Aku ingat saat itu selama lima jam dia berada di salon hanya untuk menemaniku. Satu hal yang selau berkesan, papa tidak pernah membelikanku boneka, ataupun pakaian seperti papa lain yang memberikan putrinya hadiah. Papa selalu memberiku produk kecantikan dan perawatan tubuh. Papa sangat menginginkan aku tumbuh menjadi perempuan yang cantik seperti mama. Dia begitu teliti setipa penampilanku keluar rumah. Papa benar-benar hebat, profesor nomor dua terhebat setelah mama.
Kisah selanjutnya adalah seorang laki-laki bernama Agung Kurnia, seorang laki-laki tampan yang pintar, bersahaja, dan selalu disenangi teman-temannya. Dari kecil, kakakku merupakan juara umum di sekolahnya. Selain itu, dalam pergaulan dia adalah orang yang sangat bersosialisasi dan aktif dalam berbagai kegiatan sehingga dia memiliki banyak teman. Dari kecil aku selalu merasa iri terhadap kakakku. Kami tidak pernah akur dan selalu bertengkar. Sebagai anak bungsu aku selalu dibela dan kakakku yang selalu disalahkan. Aku tidak pernah menyukai kakak hingga saat kakakku SMA kami berpisah karena kakak harus memasuki asrama. Saat itulah muncul perasaan rindu bertemu kakak dan aku mulai menyadari aku menyayanginya. Akan tetapi setiap bertemu selalu saja kami bertengkar oleh hal-hal sepele. Memang susah jika rasa kebersamaan itu mati oleh sifat iri yang tak pernah hilang. Hingga satu kejadian yang mebuatku sadar kenapa dia begitu disukai banyak orang. Malam itu saat aku telah dibangku kuliah dan berada di satu kota tempat kakakku bekerja. Kami memang seperti berjodoh saja, ditempatkan pada kota yang sama saat harus jauh dari orang tua. Malam itu hujan sangat deras dan saat itu aku lapar sekali karena memang belum makan dari pagi. Aku tidak tahan lagi dan akupun mengirimkan sms kepadanya.

”Kak, Nisa lapar”

Aku pikir malam itu dia tidak akan datang karena hujan turun begitu lebatnya. Dengan perut yang lapar akupun berusaha memejamkan mata dan berharap keesokan paginya hujan sudah reda dan bisa membeli makanan.  Saat hendak memejamkan mata HP ku berbunyi dan sms dari kakakku.

Nisa, abang sudah di bawah.

Ternyata kakakku datang dan membawa makanan dibawah hujan yang deras seperti ini. Betapa terharunya aku saat itu. Memang benar saudara adalah hubungan yang langsung diberikan dari tuhan yang tanpa ada kepentingan di dalamnya. Sejak saat itu aku banyak megalami hal tak terduga yang aku dapat dari kakakku. Satu kata-katanya yang selalu kuingat.
”Nisa, jangan pernah meminta suatu hal kepada orang lain, karena jika seorang itu benar-benar menyayangimu, tanpa kamu minta dia akan memberikan semuanya kepadamu.”
Sampai saat ini aku selalu mengingat kata-kata itu dan menerapkannya selalu. Betapa beruntungnya aku memiliki keluarga yang begitu baik dan luar biasa hebat.

Nisa: ”Cinta ini untukmu, Mama, Papa, Kakak”




 *****

”Gimana Pak, apa setuju dengan tawaran yang saya buat?” seorang laki-laki bermata tajam itu meyakinkan seorang lelaki dihadapannya yang berusia jauh lebih tua.

”Saya belum bisa memberi keputusan, saya perlu beberapa poin alasan kuat penutupan Mal ini dan digantikan dengan pusat kota anak-anak”, laki-laki itu sepertinya belum begitu yakin dengan kesanggupan dan keseriusan lawan bicaranya.

”Baiklah pak, satu Minggu lagi saya akan kembali mempresentasikannya. Keyakinan saya dalam usaha ini begitu matang dan saya akan berusaha mendapatkannya, itu janji saya pada almarhum ayah saya”, dia berusaha meyakinkan dirinya kalau masih ada kesempatan.

”Baiklah, satu minggu lagi saya akan kembali mencoba mempertimbangkannya. Tidak salah kamu putra Rizal Suryadinigrat, selau optimis terhadap bisnis yang dijalankan.

Laki-laki muda itu tersenyum dan segera keluar dari ruangan. Saatnya aku istirahat sebentar, capek sekali rasanya tiga bulan ini mencari berbagai ide untuk menyelamatkan salah satu ayahnya yang sebentar lagi akan ditutup karena minat masyarakat yang sudah berkurang. Spertinya sudah saatnya aku pergi ke toko buku. Aku harus merubah pola hidup. Dengan membaca maka jendela dunia akan terbuka dengan lebarnya dan kita bisa melihat seluruh isinya.
Toko buku hari ini tidak begitu padat, hanya ada beberapa orang. Hari Senin adalah awal dari segala aktivitas dan tentunya semua orang saat ini berada di tempat kegiatan mereka masing-masing.

Di sisi lain di toko buku itu.

Wah, jarang-jarang tempat ini begitu sepi, saatnya untuk bermain, kapan lagi bisa bermain di tempat seperti ini kalau bukan hari ini. Seperti Kuggy, dalam novel perahu kertas karya dian lestari, yang mengirimkan impian melaui surat kapalnya kepada dewa neptunus, maka hari ini aku juga akan mengirimkan impianku melaui kapal terbang kepada dewa angin. Pejamkan mata dan terbangkan dengan sepenuh hati, terbanglah kapalku!!! Bismillahirrahmanirrahim...Nisa memejamkan matanya dan menerbangakn pesawat kertasnya di dalam toko buku itu.

Pesawat itu tepat mendarat di kaki seorang laki-laki yang sedang asyik membaca buku mengenai Cara-cara meningkatkan IQ anak.

To: Dewa Angin
Impianku adalah bahagia bersama mama, papa, kakak, Kak Rendi, dan my lovely friends.

Kenapa namanya seperti namaku, dan kemudian laki-laki itu segera melihat sekeliling toko buku.

”Hei, gadis bernilai lima puluh, dewa angin mana ada di toko buku, dasar bodoh”, laki-laki itu lamgsung mendekati seorang perempuan yang diyakininya sebagai sumber pesawat itu berasal.

Perempuan itu menatap ke arah sumber suara. Jantungnya kembali berdetak dengan cepatnya. Kenapa hal semacam ini bisa terjadi.

”sepertinya pilotnya bodoh, seharusnya mendarat di istana dewa angin kak, dimana pesawatnya mendarat kak?”, Nisa langsung menjawab dengan begitu polos.

”Tepat di pulau lima jari kaki, bilang sama pilotnya jangan pernah main-main lagi, oke!!” anak ini sudah kuliah kedokteran masih saja bodoh.

Jelas saja muka Nisa sedari tadi sangat merah. Terang saja jelas-jelas di kertas itu ada tulisan Kak Rendi. Ini pertemuan yang merupakan suatu anugrah atau musibahkah.

”Sepuluh kapal pesiar terindah sepanjang masa, ngapain kamu baca buku ini”, Kak rendi langsung mengomentari buku yang Nisa baca.

”Ehmm, nanti kalau ternyata aku ditakdirkan jadi oarang kaya, aku ingin sekali saja keliling Eropa dengan menggunakan kapal pesiar”, Nisa kembali menjawab begitu polosnya.

”Gak bakal jadi kenyataan, sini bukunya, aku yang belikan, ntar malam kamu tarok do bawah kepala maka kamu akan naik kapal pesiar dalam mimpi atau kamu sampaikan saja pada dewa angin”, Tampak sekali laki-laki itu menertawakan gadis bodoh bernilai lima puluh.



Ini adalah kali kedua aku diantar Kak Rendi pulang ke kosan. Tak disangka setelah kejadian nenek yang konstipasi tiga bulan yang lalu aku masih bisa bertemu Kak Rendi.

”Kak, nenek apa kabar?”, Nisa seolah ingin memutar ingatan kak rendi pada kejadian tiga bulan yang lalu.

”Nenek, sekarang jauh lebih sehat dan kuat, dia lebih sering makan sayur dan rajin berolahraga, nenek sering mengulang-ulang cerita itu setiap keluarga mengunjunginya. Namamu dikenal di keluargaku”, kak Rendi bercerita dengan sangat antusias.

”Baiklah, lolos seleksi keluarga, hehehehe...”, Nisa berceletuk kegirangan namun Al sama sekali tidak mengerti maksud tertawa perempuan itu.

”Nia, apa kamu percaya kepada dewa angin?” Al kembali mengungkit mengenai dewa angin.

”Apakah kakak pernah dengar sesuatu yang kita yakinkan akan menjadi nyata nantinya. Dalam kehidupan nyata dewa angin nyata, namun dengan menerbangkan surat seperti itu membuat keyakinan hatiku kuat dan berusaha untuk mewujudkan impian itu, apa kakak ingin mencobanya”, Nisa dengan penuh keyakinan menjelaskan tentang ilmu dewa angin.

”Benarkah?”, Al sedikit ragu.

”Kakak, berhenti di sini”, tepat di bawah sbuah jembatan penyebrangan.

”Ngapain kita naik jembatan ini?” Al mulai bertanya setelah tadi hanya mengikuti langkah kaki Nisa.

”Menerbangkan impian kakak kepada dewa angin, ayo kak, di atas jembatan penyebrangan ini sambil memejamkan mata terbangkanlah impian kakak kepada dewa angin.”, Nisa kembali memantapkan hati Al.

eNtah kenapa Al percaya dan mengikuti petunjuk Nisa.

To: Dewa Angin
Impianku saat ini bisa mendirikan sebuah pusat dunia anak.

Setelah Al menulis impiannya, ia pun memejamkan mata dan menerbangkan surat pesawat tersebut.

”Gimana, kakak sudah lega kan? Dan mulai hari ini harus berjanji pada diri sendiri akan mewujudkan impian tersebut dan sebentar lagi dewa angin akan memberikan balasan surat itu, bagus atau tidak isi surat tergantung usaha kakak setelah ini, Kak Rendi Semangat!!!!!”, Nisa berteriak meyakinkan Al.

Iya, aku akan berjanji pada diri sendiri Nia, ujar Al dalam hati.

”Nia, apa kamu tahu sejarah Mal keluarga kami yang sekarang bernama Happy Family Mal?” Al memulai pembicaraan.

”Aku hanya tahu sedikit, dulu bernama Suryadinigrat group store satu-satunya mal yang ada di Jambi, namun pada tahun 2002 namanya berganti menjadi Rizal Store yang hanya menjual barang-banrang pecah belah, saat itu beredar isu kebangkrutan namun sepertinya itu tidak benar karena akhirnya pada tahun 2003 berganti nama kembali menjadi Happy Family store yang sepertinya jauh lebih maju dari sebelumnya. Hanya itu yang aku tahu kak karena aku memang jarang sekali berbelanja di sana karena parkirnya susah sekali, kenapa dengan Mal itu sekarang?” Nisa mencoba menguraikan pendapatnya

”Pada tahun 2002 memang kami hampir gulung tikar namun berkat usaha almarhum ayah mal kami mampu mengatasi kebuntuan dana yang terjadi makanya setahun berikutnya kami berhasil membuka yang lebih baik lagi. Kehancuran kembali terjadi setelah ayah meninggal, perusahaan kembali mengalami kebangrutan dan sepertinya Mal benar-benar harus ditutup. Aku diberi tugas oleh abang untuk masalah ini. Jelas saja aku tak mau melepasnya begitu saja. Aku mengajukan ide kepada para pemilik saham untuk mendirikan semacam pusat dunia anak pada gedung tersebut. Mengingat ayah dulu pernah mempunyai impian mendirikan sebuah sekolah. Namun membangun sekolah tentunya membutuhkan modal yang lebih besar. Oleh karena itulah aku berusaha agar ide pusat dunia anak ini disetujui oleh mereka. Namun ada satu pemilik saham yang belum menyetujui dan aku diberi kesempatan seminggu lagi untuk kembali presentasi. Alasannya usaha ini kurang komersil dan tidak menjanjikan”, Al menjelaskan dengan sangat rinci.

”Wahh, bagus sekali kak, pusat dunia anak. Bagaimana konsep yang kakak tawarkan kepada mereka?” Nisa kembali bertanya.

”Aku ingin membangun suatu store khusus untuk anak-anak dan di Jambi belum ada tempat seperti itu. Di tempat itu akan terdapat pusat perbelanjaan pakaian anak, makanan anak, perabotan anak, buku cerita anak, pusat games anak, dan playgroup tempat penitipan anak. Kenapa aku  begitu yakin dengan bisnis ini karena kita tahu bahwa para ibu menyukai sesuatu yang praktis, jika ada satu tempat dimana di sana terdapat semua kebutuhan anaknya maka dia akn memilinh tempat itu untuk berbelanja tentunya. Apalagi tempat itu bisa dijadikan tempat untuk liburan akhir pekan. Secara sederhana nya seperti itulah konsep yang aku tawarkan.” Al kembali menjelaskan apa yang ada dipikirannya saat ini.

”Bagus sekali ide kakak, bagaimana kalau games anaknya kita beri nama ”I Want to be the best”. Nanti sebelumnya kita survey apa saja cita-cita anak masa kini. Bisa ambil contohnya, dokter, pilot, polisi, presiden, bintang film, model, scientist atau yang lainnya. Kita buatlah suatu permainan dimana aktornya adalah mereka sendiri. Tujuan games ini agar Sejak kecil anak anak mendapatkan informasi mengenai cita-cita yang mereka inginkan. Kita buat beberapa level dan satu level dengan durasi tertentu. Setiap level ada beberapa masalah yang harus diselesaikan anak tentunya, jika berhasil mereka bisa menuju ke level berikutnya dan jika gagal mereka harus kembali mengulang level tersebut dengan profesi yang sama. Setiap akhir games masing-masing anak mempunyai nilai, sama seperti games lain, bad, good, very good, dan excelent, dan yang paling tertinggi adalah You’re the best.  Sebagai tambahan, pada akhir games  kita beritahu kesalahan mereka masing-masing dan memberikan beberapa cara agar mereka berhasil. Bagi anak yang berusia di bawah enam tahun bisa bermain bersama orang tua masing-masing sehingga ini bisa menjadi pelajaran bagi para ibu dan ayah. Nia yakin satu anak yang sudah lulus hingga akhir level akan mencoba games profesi lain ataupun kembali bermain dalam profesi yang sama untuk  mendapat nilai you’re the best. Atau mereka yang sudah bosan dengan profesi yang sama Namur Belum tamat hingga akhir level akan dapat beralih ke profesi lain. Dengan games ini secara tidak langsung anak akan tahu profesi terbaik untuk mereka dengan berbagai kegiatan dan usa-usaha yang harus mereka tempuh. Selama ini kita terbiasa mengetahui Bakau anak hanya melalui suatu tes berupa pertanyaan-pertanyaan. Kenapa kita tidak mebuat suatu games dimana anak tersebut mencoba langsung semua profesi dan memilih yang terbaik yang mereka merasa Sangat nyaman di dalamnya dengan mendapatkan nilai You’re the best.”, Nia kembali menjelaskan ide kreatifnya dengan panjang lebar.

“Lima puluh, ide kamu bernila seratus. Tapi apa games seperti itu bisa dijalankan? Apa para orang tua menyukai hal semacam ini” Rendi kembali tampak ragu

“Tentu saja, menurut survei di internet,  tingkat pengetahuan masyarakat kita sudah maju kak, apalagi para orang tua sudah mulai resah dengan games komputer yang Sangay melalaikan waktu-anak mereka. Kakak, segala sesuatu itu harus dicoba dengan usa semaksimal mungkin. Kalau kayak belum pernah coba bagaimana bisa tahu. Bukannya tadi sudah disampaikan lepada dewa angin, bukankah ini impian yang kayak tulis tadi”, Nia kembali meyakinkan Rendi.

“Benar juga, bagaimana kalau tempat ini kita namakan Children Fun City?” Rendi semakin tertarik dengan pembicaraan itu.

“Perfect, Children Fun City. Kak, apakah delatan tahun lagi bisa juga dibangun klinik sehat anak di Children Fun City?” Nisa iseng-iseng bertanya.

“Bisa dipertimbangkan, jadi para orang tua tidak perlu pusing lagi jika ada anaknya yang sakit dan yang ingin bermain”, Al akhirnya tertawa dan ini pertama kalinya Nisa melihat Al tersenyum begitu lepasnya.

“Sempurna, jika begitu, aku ingin mengambil spesialis anak dan setelah itu bisa bekerja di perusahaan milik suamiku, hehehehe”, Nisa kembali berceletuk dengan polosnya

“Dasar lima puluh bodoh”, Al kembali tertawa mendengar ocehan Nisa.

Jadi, mulai hari ini berjanji pada diri sendiri untuk berusaha membangun Children Fun City, oke kakak!!!”, Nisa kembali menyemangati rendi

“Iya, untuk tahap pertama aku aka...n membuat ulang presentasi proyek ini untuk minggu depan”, terima kasih ya Nia”, Laki-laki itu menatap Nisa dengan tajamnya.

Nisa kembali menulis sesuatu di kertasnya.

To: Dewa Angin
Impianku adalah agar impian Kak Rendi menjadi kenyataan. Impianku yang tadi bisa dewa tunda terlebih dahulu.

Kemudian Al langsung mengambil kertas itu dan mencoret kalimat terakhir menjadi Semoga impian kami bisa menjadi kenyataan.

”Impianmu juga harus menjadi kenyataan Nia, bukan hanya yang telah ditulis, tetapi juga impian kamu berikutnya. Ayo, kita berjanji pada diri sendiri untuk mewujudkan setiap impian menjadi kenyataan.” Rendi kemudian menutup mata nya.
 




to be continued part three...