Senin, 08 November 2010

Nisa: "Cinta ini untukmu" ****part one****

Nissa: "Cinta ini untukmu"

Karya: Fajriani Kurnia
Tanggal: 18 September 2010
Kisah ini hanyalah khayalanku semata bukan kisah nyata. Dan tidak ada unsur karya jiplak jika kalian memiliki kisah yang sama.


Pertama kalinya aku membohongi diriku sendiri.
Bercoverkan durja bak Musang berbulu Domba.
Aku menyadari bahwa ini bukanlah aku.
Tetapi aku tetap bertahan dengan keadaan seperti ini.
Tiada usaha untuk menaklukannya.

Ya, aku menyukai keadaan ini.
Demi mempertahankan harga diriku.
Harga diri yang telah jatuh berkali-kali untuk sebuah cinta yang terlarang.

Entah bagaimana sistem limbikku bekerja saat itu.
Menjajah dan menguasai Kolbu yang tiada noda sebelumnya.
Seperti hancurnya WTC 9 September 2001, robohnya pondasi hatiku saat ini.

Kesalahan yang diulang berkali-kali.
Membuat pandangan ini kabur.
Aku memang tak dapat melihat apapun lagi.
Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah merasakan keindahan hadirnya.

Dia yang pertama kali kukenal mendahului namanya.
Dia yang pertama kali kukenal melaui tetesan air matanya.
Dia yang pertama kali kukenal akibat hukuman tidak mengumpulkan PR untuk pertama kalinya. Awalan yang sangat jelek tetapi aku tidak pernah menyesalinya.

Apa yang menarik dari dirinya?
Seorang Siswa yang selalu terlambat dan melintasi wajahku saat guru telah memulai 15 menit pelajaran.
Seorang siswa yang hanya berdiri sendiri di batasan dinding tangga saat istirahat tiba.
Seingatku dia hanya pernah berjalan bersama seorang teman sekali atau dua kali.

Seiring waktu berjalan, aku terbiasa dengan kehadiran siswa tak dikenal itu.
Kelasku dengan kelasnya hanyalah dipisahkan sebuah atap.
Terkadang terselip di pikiran ku untuk melobangi atap di titik tempat duduknya, di pojok kiri kelas, baris ke dua dari belakang.
Aku rasa aku mulai gila.

Hal yang paling disukai pelajar adalah saat bel istirahat berbunyi.
Karena itu bisa menyelamatkan mereka dari pertanyaan maut sang guru dan karena itu penyelesaian terbaik untuk lambung yang begitu kosong.
Tetapi aku memaknai hal tersebut dengan cara yang berbeda.
Duduk di depan kelas tetangga sambil membuka buku, aku rasa itu adalah alasan terbaik.
Menikmati keindahan yang hanya bisa dirasakan. Hatiku berdetak lebih kencang, pikiran nakal menggodaku untuk mengalihkan pandanganku menjauhi buku dan berputar serong ke kiri atas. Tidak!!!! Hattiku berteriak, aku tidak boleh seperti ini.


Menangis, itu yang selalu kulakukan setiap hatiku mendadak terasa perih.
Aku tak tau harus melakukan apa lagi selain menangis. Mungkin bagi semua orang aku bodoh dan aneh, tetapi sungguh itu diluar batas kendaliku.

Kira sebulan atau dua bulan aku menjalani hidup tanpa tau diriku.
Sampai sesosok malaikat penolong menghampiriku membawa kabar gembira.

Ribuan bunga menari-nari dihatiku saat akhirnya aku tahu siapa dia sosok yang selama ini selalu kuperhatikan. Rendi Mubarok Alfarisi, perlahan-lahan aku mengenalnya, seiring dengan itu pula hatiku semakin merindukannya.

###
Sampai pada satu peristiwa yang menakutkan itu terjadi.
Aku tak bisa lagi merasakan keindahan itu.
Aku terhalangi oleh tembok berwujud seorang gadis berambut hitam panjang lurus, menari-nari seolah menertawakan ketidakberdayaanku untuk melawannya.

Aku begitu mebenci gadis itu dan aku rasa dia juga mulai merasakan hal yang sama.
Terbukti dari gerakan tangannya yang menandakan aku kalah.

Ya, aku rasa memang aku telah kalah.

Kini, tempat terbaikku adalah kursi, meja, pena, dan diary berwarna pink dengan sampul gadis yang berdiri di tepi jendela menatap luar dengan kosong tanpa ada satupun keceriaan menghiasi hidupnya

####
Tidak selamanya roda berada di bawah itulah prinsip kehidupan.

Hari itu, lagi-lagi ketika aku dihukum keluar kelas, kali ini karena ketiduran dan tidak mendengar saat guru bertanya.

Kenapa harus keluar hukumannya, bukankah berdiri di depan kelas sudah cukup sebagai hukuman. Lagipula aku kan tidak ribut dan menggannggu ketenangan belajar. Aku hanya tidur tanpa merugikan yang lain. Wajib belajar juga hanya sembilan tahun. Alasan aku tidur juga tidak begitu buruk. Malamnya aku tidak tidur menjaga mama di rumah sakit. Kewajiban seorang anak melebihi kewajiban seorang pelajar. Guru Sejarah yang benar-benar aneh. Tidak boleh minum di dalam kelas, setauku hanya itu peraturan yang pernah dibuatnya. Tidak pernah dikatakan Dilarang tidur di kelas.

Hatiku mengoceh, sifat yang sangat buruk, membicarakan kejelekan seseorang di dalam hati.

Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Aku merasa sangat berterima kasih karena telah dihukum. Aku melihatnya sendiri duduk di tempat biasa aku dulu menatapnya.

Untuk pertama kalinya aku memberanikan diri tersenyum padanya. Ternyata senyum belum cukup, akupun mulai menyapanya. Tidak salah aku rasa seorang wanita menegur pria terlebih dahulu, lagipula keadaannya darurat, pria itu sangat cuek dan dingin.

”Kakak ini rendi kan? yang ayahnya meninggal Selasa lalu? Aku turut berbela sungkawa. Perkenalkan aku Nia anak IA.”

”Iya, terima kasih.”

Benar-benar Pria tanpa ekspresi, membalas perkenalankupun tidak.
Sabar, dia memang tidak kenal denganku. Apa ini berarti aku ditolak? Aku tidak bisa terima.

“Kakak, yang ibunya juga meninggal sekitar 7 bulan lalu kan?” Yang sabar Kak, apalagi kakak sebentar lagi Ujian akhir, Semangat!!”, aku kembali memberanikan diri untuk menatap mata elangnya.

Aku merasa saat itu aku begitu memalukan.

”Baiklah”, ujarnya.

Aku benar-benar malu, rasanya aku tidak punya harga diri lagi sebagai seorang wanita. Menegur seorang pria tak dikenal tanpa ada respons yang seimbang. Aku tidak akan mengulanginya lagi, aku malu......

####
Delapan bulan mengaguminya aku baru berhasil mengetahui sedikit tentang dirinya. Rendi Mubarok Alfarisi, Sepupu Agung Suryadiningrat, tinggal di depan Mesjid Nurdin, no.telepon rumah 62698, Seluler 08192539594, sengaja mirip dengan pacarnya 08192539593. Norak sekali!!! Ke sekolah mengendarai mobil timor biru bernomor polisi B 2144 VV. Aku mulai tahu kebiasaannya suka tidur pulang sekolah, suka tidur sepanjang hari libur, tetapi suka keluar di malam hari. Sehingga aku mulai menjulukinya ’Kelelawar’. Prestasi Sekolah memalukan, Nilai ulangan PPKN 45, Matematika 50, B.Inggris 70, Ekonomi 60 (hanya itu kertas ulangan yang berhasil kudapatkan). Tetapi dia cukup rajin datang les sore dibandingkan teman-teman kelasnya yang lain.

Data yang sangat lengkap dan mendukung aksiku untuk bisa menjadi orang yang dekat dengannya walaupun hanya sekedar teman biasa. Aku rasa tidak ada kata terlambat meskipun waktu bertemu hanya tinggal 3 bulan lagi. Aku terus berdoa semoga aku diberi kesempatan setidaknya dia ingat namaku dan menegur jika suatu saat berpapasan.

Sepertinya doaku dikabulkan Tuhan.
Hari itu, ketika pulang sekolah, aku berpapasan dan dia tersenyum, aku tidak membalasnya, aku yakin dia tidak tersenyum padaku.

”Gadis bernilai lima puluh.”

Suaranya menghentikan sejenak kakiku, aku menoleh ke belakang dan berusaha meyakinkan kepada siapa dia berbicara.

”Iya, kamu anak IA yang dulu pernah menegur, siapa nama kamu?”

”Nia”

”Iya, Nia, apa ada yang mau di katakan? Sepertinnya kamu sering memperhatikan aku.”

Saat itu rasanya harga diriku jatuh ke dalam jurang yang mencapai kedalaman ribuan kilometer di bawah permukaan bumi.

”Kamu suka aku? Atau fans rahasia?” tambahnya lagi

Saat itu aku merasa harus mempertahankan harga diriku, tidak akan pernah aku katakan menyukainya dengan cara seperti ini. Aku adalah seorang wanita. Ingat teori sperma dan ovum. Sperma yang bergerak mengejar, bukan ovum.

”Aku fans Agung Suryadinigrat dan kakak adalah sepupunya sehingga wajar aku punya perhatian lebih”

”Agung, kamu suka dia?”

”Iya, dia cakep, tinggi, sempurna.”

”& kamu  gadis bernilai lima puluh.”

Tuhan, apa yang terjadi dia memanggilku lima puluh. Dia tidak begitu sopan. Apa dia tidak lihat aku kan tidak begitu buruk, dari pacarnya juga lebih manis aku, walaupun memang lebih menarik dia.

”Kakak adalah Kelelawar!!!!”

Entah kenapa kata-kata itu keluar begitu saja, tubuhku bergetar begitu hebat ketika menatap matanya.
Mungkin dia tidak akan mengerti saat itu kenapa aku memanggilnya Kelelawar karena aku langsung berlari sesegera mungkin menjauh dan aku memang harus pulang cepat. Ada banyak remedial yang harus dijalani . Hidup yang sangat kejam,  bertempur menghadapi 3 remedial, Fisika, Sejarah, dan bercerita tentang macam, jenis dan dasar-dasar gerakan tarian.




####

Tepatnya seminggu menjelang anak Kelas III ujian akhir. Entah kenapa jadwal banyak kosong. Kesempatan yang dimanfaatkan para pelajar untuk bermain. Saat itu di kelas ku musim bermain karet gelang membentuk mobil, rumah, terjun payung, dan masih banyak lagi yang lain. Dipopulerkan oleh Fuad, sang juara kelas. Teman yang cukup aneh, dia seorang laki-laki, tetapi selalu bermain dengan perempuan. Teman yang baik, selalu mendengarkan celotehanku tentang segala hal yang berhubungan dengan Rendi Mubarok Alfarisi.

”Nia, K Rendi di tangga,  lihat, aku akan membidik nya dari bawah dengan karet gelang ini.”

Aku diam saja, aku tidak yakin dia bisa melakukannya saat itu.
Tidak!!!, ternyata dugaanku salah, bidikannya tepat sasaran mengenai tangan kanannya. Temanku itu memang sangat pintar dan jenius. K Rendi menyadari hal itu dan melihat ke arah kami,


”Hey Lima puluh, sekarang kamu sudah berani mengajak teman untuk menggodaku?”

Saat itu, belum sempat minta maaf, K Rendi kembali berceloteh

”Ternyata kamu begitu suka sama aku? Atau hanya seperti teman mu yang lain, hanya sekumpulan kucing fans rahasia?” adik kelas perempuan dimana-mana sama suka mencari perhatian, ibarat Kucing yang sering minta perhatian pada tuannya agar diberi makan”, Kak Rendi berceloteh kesal tanpa menjaga perasaanku saat itu.

Apa, dia menganggapku hanya sedbagai kucing fans rahasia. Kenapa dia begitu sombong. Dia memang gagah dan aku sangat terpesona padanya, namun apakah menyukai orang harus disebut sebagai kucing. Mengapa kak?? Mengapa kau berkata seperti itu?

”Apa kakak biasa menganggap orang yang menyukai kakak adalah Kucing? Sungguh Kelelawar yang menakutkan!!” aku pun membalas kata-kata yang sangat meremehkan itu. Aku marah dan sangat sakit hati, ternyata selama ini aku hanyalah dianggap seperti seekor Kucing peminta perhatian.

####

Siang itu panas sekali, aku menyesali keadaan seperti ini, pulang naik angkot, terik matahari membuat kepalaku sakit.
Mataku tertuju pada tulisan B 2144 VV, aku mempercepat langkah kaki, aku sudah begitu malu jika harus bertemu dengannya, dia menganggapku Kucing. Dia Sungguh sombong sekali.

”Lima puluh, masuklah, panas seperti ini bisa menyebabkan sakit kepala, aku hari ini akan baik dan mengantarmu pulang.”

Hari ini sungguh keajaiban. K Rendi menegurku. Raasanya seperti berada di taman bunga yang ditengahnya terdapat lingkaran air mancur dengan kupu-kupu menari-menari mengitari tubuhku.
Aku tidak boleh terlena. Aku harus mempertahankan harga diriku dan tetap berjalan.

”Apa benar mau jalan, Panas siang hari bisa menyebabkan kulitmu hitam.”

Apa aku boleh mundur, hari ini saja dan akhirnya Karena cinta aku mengurungkan niat awalku dan melangkahkan kakiku naik ke mobil yang selama ini begitu familiar. Belum ada kata terlambat untuk mengenalnya lebih dekat itulah yang berkecamuk dalam hatiku saat itu.

”Kenapa kau memanggilku Kelelawar?” Kak Rendi tiba-tiba memulai pembicaraan.

”Karena Kakak selalu tidur di siang hari dan keluar di malam hari”, aku tersipu malu menjawabnya.

”Tau darimana? Keluarga peramal?” sambung K Rendi.

”emmm, Aku menelepon ke rumah kakak, dan setiap nelpon, kakak gak pernah ada, kalau sore karena tidur dan malam selalu pergi keluar.” Aku gugup sekali saat itu.

”oooo, jadi kamu sering nelpon ke rumah! Jangan-jangan kamu lagi  orang yang dibilang bibi penggemar rahasia yang sering nelpon tanpa identitas?” dia menyindirku.

Aku tak mungkin berbohong untuk mengelak, biarlah dia sombong kali ini mengetahui aku mengaguminya.

”Ternyata benar kan sangat suka? Aku juga suka karena kau sepertinya anak yang baik dan begitu perhatian padaku, tetapi lima puluh kamu bukan kriteria pacarku.” Sperti biasa Kak Rendi begitu begitu sombong dan menghinaku.

Aku benar-benar menyesal telah naik mobil itu, kalau begini lebih baik naik angkot dan sakit kepala. Kenapa Si Rendi bodoh ini selalu menghinaku.

”Aku tidak punya adik, kamu jadi adikku saja.” Dia melanjutkan kata-katanya dengan nada yang menurun dan sangat halus.

”Kenapa kakak selalu memanggilku lima puluh?” Aku memberanikan diri untuk bertanya.

”Jelas saja, lima puluh karena kamu bernilai lima puluh. Semua orang juga akan berpendapat seperti itu.” Dia menjawab dengan tegasnya..

Keadaan menghening, tak ada lagi kata-kata yang keluar. Aku memang ingin sekali segera sampai ke rumah dan keluar dari kondisi saat itu.

 Apa aku begitu rendah di mata K Rendi. Mengapa??? Menganggap adik, sampai sekarang aku tak tahu alasan K Rendi menganggapku adik. Aku tak pernah bisa membaca pikirannya.


####
Aku berjalan seperti air, just let the flow. Apa yang akan terjadi, ya itulah takdir. Aku berpikir mungkin itu adalah saat terakhir aku bertemu dengannya. Dia kasihan padaku dan sengaja memberikan sedikit cerita, walaupun ada bagian yang menyakitkan.

Aku tak pernah melihatnya lagi, memang tidak ada waktu untuk bisa bertemu, Dia harus menghadapi ujian dengan serius. Itulah yang ada dipikiranku saat itu. Aku lepaskan semua harapan. Setidaknya aku pernah mempunyai dialog secara langsung dengannya walaupun hanya sedikit.

Aku juga harus belajar kembali mengejar segala ketertinggalanku dalam pelajaran. Aku harus mengejar prestasiku kembali. Berpikiran maju, mengembalikan prinsip-prinsip lama yang telah padam.

Aku harus kembali bangkit dari segala keterpurukan.


####
Pada saat perpisahan sekoleh tiba, aku tidak berharap banyak. Aku hanya bisa berfoto dengannya tanpa berbicara yang banyak, tentu saja saat itu pacarnya adalah ekor yang tak bisa diputuskan. Tetapi mereka memang kelihatan serasi, seandainya saja gadis menyebalkan itu tau bahwa K Rendi tidak begitu menyukainya dan telah berselingkuh dengan gadis lain. Dasar wanita bodoh, ditipu oleh pacar sendiri. Aku rasa aku mencela diri sendiri, lebih bodoh aku yang sudah tau dia menyukai banyak wanita masih juga suka bahkan sangat sulit untuk melupakan.




#####
Ya, itu adalah saat terakhir aku bertemu dengannya. Foto bersama adalah kisah terakhirku dengannya dan foto itu kini menjadi bukti kenangan cerita delapan tahun yang lalu. Kisah yang sangat sedikit, tetapi sangat membekas. Aku selalu menyukai K Rendi Kelelawarku.

Orang yang memanggilku lima puluh
Orang yang membuatku sakit hati untuk pertama kalinya
Orang yang begitu aku suka untuk pertama kalinya

Kini tepatnya tanggl 24 Mei 2010, Sampai saat ini aku masih menanti kehadirannya kembali. Tiap tahun, dihari peringatan ulang tahunnya, aku sengaja kembali membuka kembali catatan masa lalu agar aku selalu ingat bahwa seorang laki-laki yang bernama Rendi Mubarok Alfarisi merupakan cinta pertamaku dan aku sangat berharap dialah satu-satunya hingga akhir masanya tiba.

Hujan di malam hari membuatku teringat pada seseorang.
Seseorang yang selalu membuatku terbayang wajahnya.
Seseorang yang selalu membutku terngiang getaran suaranya.
Seseorang yang selalu membuatku terkenang saat bersamanya.
Hanya ada seorang di hati ini.
Seorang yang aku tak tahu harus berbuat apa jika bertemu dengannya.
Seorang yang aku ingin sekali menanyakan banyak hal padanya.
Seorang yang membuatku selalu mengingatnya.
Seorang yang sama sekali tak bisa ku tebak jalan pikirannya.
Seorang  itu yang sangat aku rindukan saat ini.
Allah, aku tau aku bukanlah hambamu yang taat kepadamu.
Aku hanyalah manusia yang banyak dosa dan khilaf.
Tapi Allah, engkaulah Maha kuasa di dunia ini, Kau bisa melakukan apapun sesuai kehendakMU.
Oleh Sebab itu, aku sebagai hambaMu yang bukanlah apa-apa ini meminta kepadaMU, tolong titip rinduku untuknya.

Nia Yashifa Khoirunnisa
24 Mei 2010




To be continued.....
(kelanjutan cerita masih dalam proses)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar